Bantuan itu diungkapkan dalam pernyataan divisi media presiden Sri Lanka pada Selasa (26/4).
"Bank Dunia telah setuju untuk memberikan bantuan keuangan senilai 600 juta dolar AS untuk mengatasi krisis ekonomi saat ini. Bank Dunia akan mengeluarkan 400 juta dolar AS dalam waktu dekat," bunyi pernyataan itu.
Menurut pernyataan tersebut, Bank Dunia mengatakan akan terus membantu Sri Lanka untuk mengatasi krisis ekonomi saat ini.
Krisis keuangan terburuk yang dialami Sri Lanka sejak kemerdekaannya pada 1948 disebabkan oleh penurunan drastis dana cadangan negara itu, yang turun 70 persen selama dua tahun terakhir.
Penurunan tersebut mencapai 1,93 miliar dolar AS (Rp27,83 triliun) pada akhir Maret 2022.
Kondisi itu membuat pemerintah Sri Lanka berjuang untuk membayar kebutuhan pokok, termasuk bahan bakar, obat-obatan, dan makanan.
Pada awal April, Sri Lanka memulai pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk meminta bantuan keuangan.
Sebelum IMF menyelesaikan sebuah program untuk membantu Sri Lanka, negara tersebut membutuhkan dana 3-4 miliar dolar AS untuk pembiayaan sementara guna membantu membayar pengeluaran untuk kebutuhan penting.
Pemerintah Sri Lanka juga telah meminta tolong kepada beberapa negara dan organisasi multilateral untuk membantu pembiayaan negara itu sampai IMF memberikan bantuannya.
India telah membantu Sri Lanka dengan pemberian dana senilai 1,9 miliar dolar AS (sekitar Rp27,4 triliun), dan Kolombo sedang dalam pembicaraan dengan New Delhi untuk dana tambahan senilai 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp21,63 triliun) guna mendanai impor, termasuk impor bahan bakar.
Sri Lanka juga sedang bernegosiasi dengan China untuk mendapatkan bantuan dalam bentuk pinjaman sindikasi senilai hingga satu miliar dolar AS (sekitar Rp1,44 triliun).
Menteri Keuangan Sri Lanka Ali Sabry mengatakan Kolombo juga akan mencari bantuan dari Bank Pembangunan Asia (ADB).
Sri Lanka telah mengumumkan penangguhan beberapa pembayaran utang luar negeri pada awal April dan mengatakan akan mengalihkan cadangannya yang sedikit untuk mendanai impor barang-barang penting, seperti bahan bakar, gas untuk memasak, dan obat-obatan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Krisis ekonomi memburuk, sejumlah menteri Sri Lanka mundur
Baca juga: Awasi distribusi bahan bakar, Sri Lanka kerahkan tentara
Warga Sri Lanka abaikan jam malam demi selamatkan paus terdampar
Penerjemah: Yuni Arisandy
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022