... Indonesia sukses mengembangkan kerjasama ASEAN tidak hanya intra-regional namun juga inter-regional...

Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia Hariyadi Wiryawan mengatakan bahwa posisi strategis Indonesia dari banyak segi memegang peran penting dalam kepemimpinan ASEAN karena kepemimpinannya dinilai berhasil menaikkan citra kawasan di pentasi dunia.

ASEAN mampu mengatasi banyak permasalahan yang menghadang, terkhusus selama setahun belakangan ini. Kawasan Asia Tenggara dinilai banyak kawasan lain semakin penting dan menarik untuk dijadikan mitra kerja sama, salah satunya stabilitas pertumbuhan ekonomi dan ketahanannya menghadapi beberapa ujian krisis ekonomi di banyak kawasan.

"Muncul sejumlah isu konflik perbatasan. Juga mendesak keperluan menyelesaikan konflik Laut China Selatan, krisis energi, dan ancaman krisis keuangan global dari Eropa dan Amerika, namun Indonesia mampu memimpin ASEAN melalui itu semua," kata disela rangkaian Pertemuan Puncak ke-19 ASEAN, Senin,.

Ia kemudian menyebut upaya sepanjang tahun yang dilakukan Indonesia untuk memediasi konflik perbatasan antara Pemerintah Thailand dan Kamboja yang memperebutkan lahan di sekitar kuil kuno Preah Vihear.

Konflik terbuka berulang yang telah menelan korban jiwa dari kedua belah pihak itu dikhawatirkan banyak pihak menodai reputasi ASEAN sebagai suatu kawasan yang stabil.

Wiryawan juga menyebut mengenai konsistensi Indonesia untuk secara aktif mendorong penyelesaian atas sengketa perbatasan di Laut China Selatan yang melibatkan Filipina, Malaysia, Vietnam dan Brunei dengan mitra wicara ASEAN, China. Isu ini menyita perhatian beberapa negara yang berkepentingan atas Laut China Selatan.

"Indonesia memiliki agenda-agenda untuk menciptakan stabilitas di kawasan, dan saya lihat capaiannya positif," ujarnya.

Menurut dia, Indonesia berhasil menaikkan pamor ASEAN di mata dunia dalam satu tahun terakhir. "Indonesia sukses mengembangkan kerjasama ASEAN tidak hanya intra-regional namun juga inter-regional," katanya.

Selama kepemimpinannya di ASEAN, Indonesia mengusung tiga prioritas utama yang ingin dicapai sepanjang 2011, yaitu kemajuan signifikan dalam upaya mewujudkan Komunitas ASEAN 2015, memperkuat kohesi ASEAN untuk mewujudkan arsitektur kawasan Asia Timur yang lebih luas dan memastikan kesepakatan-kesepakatan kawasan dapat berkontribusi pada kesepakatan global.

"Saya kira agenda sudah bisa dipenuhi walau belum tuntas," katanya seraya merujuk sebagai bergabungnya Rusia dan Amerika Serikat dalam Forum Asia Timur sebagai hal yang positif.

KTT ke-19 ASEAN dan rangkaiannya digelar di kawasan wisata populer Nusa Dua, Bali, dan dijadwalkan hadir 16 pemimpin negara Asia Timur, yaitu 10 pemimpin negara ASEAN dan enam mitra wicara ASEAN.

Kesepuluh pemimpin negara ASEAN adalah Presiden Susilo Yudhoyono selaku Ketua ASEAN, Sultan Brunei Darussalam, Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Tan Dung, Perdana Menteri Laos, Thingsing Thammavong, Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, Presiden Myanmar, Thein Sein, Presiden Filipina, Aquino III, Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Long, dan Perdana Menteri Thailand, Yingluck Shinawatra.

Shinawatra masih menghadapi masalah cukup besar di negaranya, yaitu banjir merata yang belum menunjukkan tanda signifikan penurunan. Banjir ini sudah berimbas pada industri manufaktur otomotif kawasan.

Sementara itu enam pemimpin negara mitra wicara ASEAN adalah Perdana Menteri Australia, Julia Gillard, Perdana Menteri China, Wen Jiabao, Perdana Menteri India, Manmohan Singh, Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda, Presiden Korea Selatan, Lee Myung-bak dan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Amerika Serikat sebagaimana Rusia adalah angggota baru KTT Asia Timur. Selain ke-16 pemimpin negara itu akan hadir juga Sekretaris Jenderal ASEAN, Surin Pitsuwan, dan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon. (*)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011