oleh Sanaa Kamal

Jakarta (ANTARA) - Setiap hari selama bulan suci Ramadhan, sekelompok koki Palestina berkumpul di sebuah dapur umum untuk memasak makanan bagi keluarga yang membutuhkan di Kota Hebron, Tepi Barat.

Gandum giling, kacang putih, daging sapi, dan unggas termasuk di antara bahan-bahan makanan yang kerap dimasak di dapur umum bernama "Abrahamic Hospice" itu.

"Saya telah bekerja di dapur umum ini selama lebih dari 15 tahun, dan kami melestarikan warisan manusia dengan menyelamatkan keluarga-keluarga miskin dari rasa lapar," kata salah satu koki bernama Abu Mohammed kepada Xinhua.

Sejumlah koki Palestina menyiapkan makanan untuk amal selama Ramadan yang digelar oleh Masyarakat Amal Islam di Kota Hebron, Tepi Barat, pada 12 April 2022. (Xinhua/Mamoun Wazwaz)Warga Palestina menyantap hidangan berbuka puasa (iftar) pada jamuan makan penggalangan dana untuk anak yatim piatu yang digelar oleh Masyarakat Amal Islam di Kota Hebron, Tepi Barat, pada 6 April 2022. (Xinhua/Mamoun Wazwaz)

Dapur umum ini menyediakan sekitar 16.000 paket makanan untuk keluarga berpenghasilan rendah, jelas Loay al-Khatib, pengawas program amal tersebut.

"Terkadang kami juga mengantar makanan mentah bagi mereka yang tinggal di desa-desa terpencil untuk dimasak di rumah mereka," lanjutnya.

Warga Palestina menyantap hidangan berbuka puasa (iftar) pada jamuan makan penggalangan dana untuk anak yatim piatu yang digelar oleh Masyarakat Amal Islam di Kota Hebron, Tepi Barat, pada 6 April 2022. (Xinhua/Mamoun Wazwaz)Warga mengunjungi pasar saat bulan suci Ramadan di Kota Hebron, Tepi Barat, pada 5 April 2022. (Xinhua/Mamoun Wazwaz)

Menurut Al-Khatib, kegiatan ini telah dilakukan selama berabad-abad sejak Abrahamic Hospice didirikan di kota tua Hebron.

"Pembagian makanan untuk keluarga yang membutuhkan tidak hanya dilakukan saat Ramadhan, tetapi juga sepanjang sisa tahun ini, sehingga tidak ada satu orang pun yang kelaparan di Hebron," katanya.

Selama setahun ini, sejumlah pengusaha lokal serta delegasi asing dan Arab menyumbangkan dana ke Abrahamic Hospice untuk membeli bahan-bahan mentah untuk dimasak.

Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, sekitar 14 persen penduduk Tepi Barat menderita akibat kemiskinan, dengan 5,8 persen di antaranya hidup dalam kemiskinan ekstrem.

Duduk di kursi rodanya, Mohammed Ibrahim mengantre dengan tertib di depan kantor pusat Abrahamic Hospice untuk mendapatkan makanan untuk delapan anggota keluarganya.

"Tujuh tahun lalu, saya kehilangan kedua kaki dalam kecelakaan lalu lintas dan kehilangan pekerjaan. Saya jatuh miskin dan tidak mampu memberi makan keluarga saya," kata Ibrahim kepada Xinhua.

Warga mengunjungi pasar saat bulan suci Ramadan di Kota Hebron, Tepi Barat, pada 5 April 2022. (Xinhua/Mamoun Wazwaz

Meski demikian, situasi itu tak berlangsung lama, "Saya mendapatkan makanan untuk keluarga saya tujuh hari dalam sepekan dari dapur umum di Hebron," kenang pria itu, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas inisiatif yang membantu kalangan keluarga miskin.

"Kami beruntung di sini (di Hebron). Semua orang mendapat makanan yang dibutuhkan, dan Anda tidak akan menemukan orang miskin tidur kelaparan di Kota Hebron," kata pria berusia 48 tahun itu.

Kondisi Ibrahim tidak jauh berbeda dengan Umm Ahmed, seorang wanita tua dari Hebron, yang harus membesarkan empat orang cucu yang ditinggal mati kedua orang tua mereka empat tahun lalu.

"Bantuan yang kami dapatkan dari inisiatif tersebut tidak terbatas pada makanan saja, tetapi banyak juga donatur yang memberi uang untuk kebutuhan sehari-hari keluarga saya yang miskin," ungkapnya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022