Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Negara Indonesia (BBNI) Tbk memproyeksikan ekspansi kredit sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)tahun ini tumbuh Rp5 triliun, atau naik 41,67 persen menjadi Rp17 trilun dibanding tahun sebelumnya. Demikian diungkapkan Direktur Comercial & Syariah BNI, Bien ubiantoro, usai penandatanganan nota kesepahaman Kredit Kemitraan BNI dengan 17 Perguruan Tinggi, di Jakarta, Selasa. Menurut Bien, tingginya proyeksi alokasi kredit UMKM juga didorong upaya perusahaan melakukan pembinaan, supervisi atas penggunaan arus kas para debitor. Ia mengakui, di masa lalu penyaluran kredit UMKM cukup besar, namun cenderung tidak diikuti pengawasan yang ketat, sehingga banyak di antaranya yang berpotensi macet. Dari sisi kredit seret (Non Performing Loan/NPL), kata Bien, NPL sektor UMKM di Bank BNI lebih kecil dibanding NPL debitor korporasi. "Selama 2005 NPL Netto nasabah UMKM mencapai sekitar enam persen, dan diperkirakan pada 2006 bisa ditekan di bawah lima persen," ujarnya. Ia menjelaskan, selain melakukan pengawasan menyeluruh dari sisi "credit risk" dan "portofolio risk", Bank BNI juga akan menurunkan tingkat suku bunga kredit kecil komersial. "Supaya ekspansi tetap besar bunga harus kompetitif, seperti yang telah dilakukan pada triwulan IV 2005," ujarnya. Menurut dia, sejak triwulan IV 2005, BNI telah menurunkan suku bunga kredit kemitraan antara enam hingga 12 persen, sedangkan kredit kecil komersial diturunkan menjadi 16-17 persen, atau rata-rata 5-6 persen di atas BI Rate. Dikatakannya, sektor UMKM merupakan salah satu penyumbang pendapatan bunga (interest margin) terbesar kepada perusahaan, yang mencapai 30 persen. Sedangkan alokasi kredit UMKM masih didominasi sektor perdagangan yang mencapai 30 persen, disusul sektor pertanian sebanyak 20 persen, sedangkan sisanya sektor manufaktur, dan sektor lainnya. Kredit Kemitraan Untuk mengoptimalkan penyaluran kredit kemitraan, BNI menjalin kerjasama dengan 17 Perguruan Tinggi, dalam bentuk pemberian fasilitas kredit. Dirut BNI Sigit Pramono dalam kesempatan itu mengatakan, kredit kemitraan yang telah disalurkan per 31 Desember 2005 mencapai Rp8,61 miliar. Sedangkan alokasi kredit kemitraan 2005/2006 mencapai Rp61,42 miliar, yang merupakan penyisian dari dua persen laba bersih 2004. Untuk mempercepat penyaluran kredit kemitraan, kata Sigit, pihaknya telah memilki kebijakan yang mendisain proses aplikasi kredit lebih sederhana yang dapat dikembangkan melalui sentra-sentra kredit kecil (SKC).(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006