"Tahun ini merupakan peringatan 500 tahun masuknya Portugal di wilayah Asia, termasuk Indonesia pada 1511 yang selalu kami kenang dan peringati dengan cara berbeda di beberapa tempat di Indonesia," kata Dubes Frota dalam percakapannya dengan ANTARA di Kupang, Minggu.
Dubes Frota bersama isterinya Ny Arlinda Frota berada di Builaran, sebuah perkampungan sunyi dan terpencil di wilayah Kecamatan Sasitamean, sekitar 60 km selatan Atambua, ibu kota Kabupaten Belu atau sekitar 450 km timur Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) selama dua hari dari 10-11 November 2011.
Keberadaan Dubes Portugal bersama isterinya di pusat kerajaan Liurai Malaka Wehali di Builaran itu untuk memperingati hubungan kekerabatan antara Portugal dengan Liurai (Raja) Malaka Wehali yang dibangun sejak 500 tahun lampau sejak kongsi kapal Portugal pimpinan Alfonso De Albuquerque menginjakan kakinya di Pulau Baramatus (sekarang Pulau Timor) untuk berdagang dan menyebarkan ajaran Agama Katolik pada 1511.
"Nuansa peristiwa seperti dengan para Liurai Malaka Wehali di Builaran, kami lakukan juga di Tugu, Jakarta Utara dan Ternate, Maluku dengan warga setempat beberapa waktu lalu dalam tahun ini untuk mengenang hubungan kekerabatan antara Portugal dan Indonesia," kata Dubes Frota .
"Ada beberapa tempat peninggalan bersejarah dari Portugal di Indonesia, seperti di Pulau Solor dan Larantuka di Kabupaten Flores Timur sudah kami kunjungi juga untuk mengenang sejarah masa lalu yang ditinggalkan Portugal," katanya menambahkan.
Ia mengatakan benda-benda pusaka yang ada di pusat kerajaan Liurai Malaka Wehali di Builaran, sebagai tanda bukti adanya hubungan kekerabatan antara Portugal dan Indonesia pada masa lalu.
"Meskipun berada di wilayah terpencil, saya bersama isteri merasa sangat bahagia...Kami merasa seperti berada di rumah sendiri, karena mereka (Liurai Malaka Wehali) juga adalah saudara-saudara kami juga," katanya.
Dubes Frota menambahkan suasana yang sama juga dialaminya ketika selama empat hari di Kesultanan Ternate, beberapa waktu lalu.
"Kami diterima dengan begitu baik seperti saudara sendiri, karena sejarah masa lalu telah meletakan dasar-dasar akan adanya hubungan kekerabatan antara Portugal dengan Indonesia, terutama dengan penguasa wilayah dalam sebuah kerajaan," ujarnya.
"Kami mengetahui begitu banyak keanekaragaman budaya dan keharmonisan di Indonesia ketika berkunjung ke daerah-daerah bekas peninggalan Portugal itu," katanya dan menambahkan Indonesia adalah negara yang demokratis dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya pada masa lalu.
Menurut Dubes Frota, ada satu hal yang dinilainya paling bernilai di pusat Kerajaan Liurai Malaka Wehali di Builaran adalah Bendera Merah Putih yang diberikan langsung oleh Presiden Soekarno kepada Liurai Malaka Wehali pada 1953.
"Presiden Soekarno berkenan datang sampai ke pusat Kerajaan Liurai Malaka Wehali di Builaran untuk menyerahkan Bendera Merah Putih sebagai lambang telah berakhirnya kolonialisme di Indonesia, karena negeri serumpun Melayu ini telah berdiri menjadi sebuah negara merdeka pada 1945," katanya.
Bendera Merah Putih itu masih tersimpan rapi di rumah besar (uma bot) Liurai Malaka Wehali yang saat ini ditempati oleh Dominikus Tei Seran, keturunan ke-15 Liurai Malaka Wehali.
Bendera Merah Putih yang warnanya sudah kusam itu pernah dikibarkan oleh Yoseph Aryanto Ludoni, cucu kandung dari Uduk Liurai di Biudukfoho yang keratonnya bernama Tafatik Ai Lotuk di Laran, di halaman depan Yayasan Purnama Kasih (Yaspurka) Kupang pada peringatan Sumpah Pemuda beberapa waktu lalu.
Duta Besar Indonesia berkuasa penuh untuk negara Cuba, Bahama dan Jamaika Foun Cornelis Tei Seran yang juga adalah putra asli Builaran itu, berjanji akan membawa putri Bung Karno, Megawati Soekarnoputri yang juga mantan Presiden RI ke Builaran, tahun depan.
"Seharusnya Ibu Mega sudah datang saat ini bertepatan dengan peringatan hubungan kekerabatan antara Portugal dan Liurai Malaka Wehali di Builaran, tetapi putri sulung Presiden RI pertama itu masih berhalangan. Beliau (Ibu Mega) sudah berjanji ke Builaran, tahun depan," katanya.
Foun Cornelis Tei Seran bersama Direktur Yayasan Purnama Kasih (Yaspurka) Kupang Yoseph Aryanto Ludoni yang memprakarsai kedatangan Duta Besar Portugal untuk Indonesia Carlos Manuel Leitao Frota bersama isterinya ke Builaran. (*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011