Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ditutup melemah di tengah ketidakpastian prospek pertumbuhan ekonomi global.
Rupiah ditutup turun 92 poin atau 0,64 persen ke posisi Rp14.454 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.362 per dolar AS.
"Dolar AS naik pada hari Senin karena investor mencari keamanan di tengah ketidakpastian atas prospek pertumbuhan global," ujar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam kajiannya di Jakarta, Senin.
Menurut dia, terdapat tiga kekhawatiran besar yang mendorong pasar, yakni menunjuk pada kekhawatiran tentang apakah AS dan ekonomi global dapat menahan Bank Sentral AS, The Fed yang semakin hawkish, kekhawatiran pertumbuhan Tiongkok karena penguncian untuk mencegah COVID-19, dan guncangan komoditas karena perang Rusia dan Ukraina.
Seluruh kekhawatiran tersebut mendorong dolar AS semakin lebih kuat.
Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS meningkat 0,29 persen ke level 101,51, mendekati level tertinggi dalam dua tahun.
Adapun Dana Moneter Internasional (IMF) pada pekan lalu baru saja memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tengah ketidakpastian yang ada, dari sebesar 4,4 persen menjadi 3,6 persen pada tahun 2022.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.492 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.417 per dolar AS hingga Rp14.493 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah ke posisi Rp14.452 per dolar AS dibandingkan posisi hari Jumat yakni Rp14.361 per dolar AS.
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022