New York (ANTARA News) - Harga patokan minyak Amerika Serikat pada Jumat mendekati tanda 100 dolar AS, yang terakhir terlihat pada akhir Juli karena pasar "bullish" (bergairah) menyusul kenaikan keyakinan bahwa Eropa bergerak menuju resolusi krisis utang.
Di New York Mercantile Exchange, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik 1,21 dolar AS menjadi berakhir pada 98,99 dolar AS per barel, setelah sempat menyentuh 99,20 dolar AS.
Di IntercontinentalExchange London, minyak mentah Brent North Sea untuk Desember bertambah 45 sen menjadi 114,16 dolar AS.
"Stabilitas Eropa tampaknya lebih terjamin," kata John Kilduff dari Again Capital, lapor AFP.
"Dengan pemerintah Italia meluluskan paket penghematannya dan mendudukkan berbagai hal di Yunani, kami dapat membangun harga lebih tinggi pada beberapa minggu."
Dia menambahkan masih ada premi keamanan dalam harga, terkait dengan bukti baru dari penyelidik PBB bahwa Iran berusaha untuk membangun senjata nuklir, yang memperbarui kekhawatiran serangan preemptif Israel atau Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Teheran.
Dengan harga minyak AS sekarang lebih dari 30 persen di atas awal Oktober, Kilduff mengatakan 100 dolar AS adalah target berikutnya dan sebuah tingkat dari "beberapa resistensi psikologis."
Dalam sebuah komentar yang lebih luas di pasar, Paulus Horsnell dan Amrita Sen dari Barclays Capital memperingatkan, harga meletus keluar pada sisi yang tinggi.
"Keseimbangan yang sangat tidak stabil bahwa harga minyak telah tampak lebih dekat untuk menghasilkan terobosan yang signifikan dalam harga. Risiko fundamental dan geopolitik semakin tinggi berjuang melawan pengaruh eskalasi kekhawatiran utang negara," kata mereka.
Tanpa kekhawatiran tentang situasi politik dan ekonomi AS serta Eropa beberapa bulan terakhir, mereka mengatakan, "dalam kajian kami harga minyak telah akan menetap pada tertinggi baru selama ini."
"Risiko kenaikan melonjak ditambah oleh kembalinya Iran ke masalah yang menonjol, dengan ancaman eskalasi serius dan gangguan pasar minyak yang risiko kenaikan utama untuk harga."
Sedangkan pada Jumat para pejabat minyak Irak memperingatkan ExxonMobil bahwa dia bisa kehilangan konsesi West Qurna-1 di selatan Irak setelah diam-diam menandatangani kesepakatan dengan pemerintah Kurdistan regional untuk blok eksplorasi di wilayah itu -- perusahaan minyak internasional besar pertama yang menandatangani kesepakatan terpisah dengan pemerintah Kurdistan.
West Qurna-1, yang memiliki cadangan sekitar 8,5 miliar barel, adalah lapangan terbesar kedua negara itu. (A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011