Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat menjelaskan salah satu penghambat perbaikan layanan TransJakarta adalah bagaimana kualitas dan kelancaran pasokan BBG yang belum terjamin.
Pengoperasian bus transjakarta antar operator lebih fleksibel dengan tujuan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada penumpang. Operator busway yang beroperasi pada koridor 2 sampai 9 mengeluhkan keharusan memakai BBG dalam kontrak pengoperasian bus transjakarta.
Menurut mereka, kualitas BBG yang buruk karena kandungan air yang tinggi dan gas metana yang rendah menyebabkan mesin cepat rusak dan berdampak pada usia pakai bus yang menurun.
Ia menambahkan jumlah SPBG yang masih terbatas, proses pengisian yang lama serta supply BBG yang sering terganggu menyebabkan operasional bus transjakarta menjadi tidak efisien dan sering terganggu.
Bahkan dengan menggunakan BBG menurutnya cenderung menjadi tidak efisien. Ini dikarenakan sekali pengisian BBG, jarak tempuhnya terbatas dibandingkan dengan menggunakan solar seperti pada koridor 1.
Triwisaksana mengatakan untuk kepentingan peningkatan kualitas udara, bisa digunakan BBM yang memenuhi standar Euro 4 dan Euro 5 untuk kualitas udara yang lebih baik.
Selain masalah bahan bakar, ia juga menyoroti pentinya peningkatan kualitas jalur TransJakarta sehingga meminimalisir jumlah bus yang rusak.
"Operator koridor 2 dan 3 mengeluhkan kondisi jalur yang buruk hingga menyebabkan bus cepat rusak. Hingga saat ini saja sudah 36 dari 136 armada bus di koridor tersebut yang mengalami patah chasis," katanya. (P008/B008)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011