Garissa, Kenya (ANTARA News) - Dua orang dituntut Kamis di pengadilan Kenya atas tuduhan menyerang sebuah kendaraan yang membawa dua wisatawan Swiss di daerah cagar alam utara dan membunuh supirnya, kata seorang pejabat pengadilan.
Sejumlah orang bersenjata menembaki kendaraan itu pada Jumat di Cagar Alam Nasional Shaba, mencederai salah seorang dari para wisatawan itu, ketika mereka kembali dari berkendaraan di taman nasional itu, dimana naturalis ternama Joy Adamson dibunuh pada 1980.
Tersangka-tersangka itu mengaku tidak bersalah atas tuduhan perampokan dengan kekerasan serta pembunuhan dan akan ditahan sampai kasus mereka disidangkan pada Januari, kata panitera di pengadilan kota wilayah utara, Isiolo, kepada Reuters.
Pasukan keamanan Kenya menangkap kedua tersangka itu pekan ini selama operasi untuk menghalau bandit dan pencuri ternak dari daerah itu, yang terkenal karena perampokan dengan kekerasan serta bentrokan antara kelompok-kelompok pengembara.
Willy Lugusa, komandan operasi, mengatakan, pasukan masih memburu tiga tersangka lain yang dituduh mengambil bagian dalam penyerangan itu.
Pariwisata Kenya terpukul oleh serangan dan penculikan terhadap warga asing di negara itu akhir-akhir ini, yang menurut Nairobi dilakukan oleh gerilyawan Somalia dan hal itu menjadi alasan untuk melakukan invasi ke wilayah selatan negara tersebut.
Pasukan Kenya pada Minggu (16/10) meluncurkan penyerbuan ke Somalia untuk memburu Al-Shabaab yang dituduh mendalangi penculikan warga asing di Kenya dan mengklaim telah membunuh puluhan gerilyawan dari kelompok tersebut.
Senin (17/10), Al-Shabaab membantah tuduhan Kenya bahwa mereka mendalangi sejumlah penculikan warga asing di negara tersebut akhir-akhir ini.
Al-Shabaab menuduh pemerintah Kenya menggunakan isu penculikan sebagai dalih untuk melakukan penyerbuan ke Somalia.
Dalam waktu kurang dari sebulan, seorang wanita Inggris dan seorang wanita Prancis diculik dari kawasan wisata pantai Kenya dalam dua insiden terpisah, yang merupakan pukulan besar bagi industri pariwisata di Kenya.
Kamis (13/10), dua wanita pekerja bantuan asal Spanyol diculik dari kamp pengungsi Dadaab, Kenya, kamp terbesar di dunia yang menjadi tempat bagi sekitar 450.000 pengungsi yang sebagian besar orang Somalia yang menyelamatkan diri dari kekeringan, kelaparan dan perang.
Penculikan-penculikan itu juga diyakini dilakukan oleh Al-Shabaab Somalia. Belum ada tuntutan yang diumumkan oleh penculik bagi pembasan para sandera itu.
Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011