di produksi drama televisi, penulis naskahlah yang memiliki andil besar

Jakarta (ANTARA) - Menulis naskah untuk produksi film maupun serial televisi terdengar sederhana. Namun, proses di baliknya sangat panjang dan membutuhkan komitmen serta kecintaan yang tinggi akan dunia tersebut.

ANTARA, baru-baru ini, berkesempatan untuk berbincang bersama Joe Peracchio, sosok di balik naskah serial televisi Amerika Serikat "Deception", "The Flash", dan "Trojan War".

Peracchio berbagi pengalamannya berkecimpung di dunia penulisan naskah serial televisi, seni peran, metode menulisnya yang unik, hingga perannya dalam pelatihan menulis naskah bersama Netflix.

Berikut beberapa poin menarik yang diungkapkan oleh Peracchio dalam wawancaranya bersama ANTARA dan beberapa awak media, baru-baru ini.

Baca juga: Kemenparekraf: Indonesia kekurangan penulis skenario

Baca juga: Jurnalistik dan inspirasi sineas dalam berkarya

Menurut Anda, apakah perbedaan mendasar dari naskah film dan drama televisi?

Saya banyak bicara soal kesamaan dari keduanya terlebih dahulu. Saya yakin cerita adalah tentang karakter dan misinya meraih sesuatu. Saya lebih senang membuat relasi atau kesamaan dari keduanya alih-alih membicarakan tentang perbedaannya.

Menurut saya pribadi, membuat naskah untuk drama televisi lebih susah.

Dalam membuat skenario film, dengan durasi film 2-3 jam, kita membutuhkan kurang lebih 300 halaman naskah dan harus menceritakan bagian awal - tengah - akhir.

Sementara untuk episode pilot (episode awal serial), kita memiliki 50-60 halaman naskah untuk penayangan kurang lebih 1 jam untuk menceritakan banyak hal dan membuat penonton merasa, "Wow, ini seru sekali". Itulah mengapa saya pikir ini sangat susah.

Menulis naskah drama televisi lebih mirip ke puisi alih-alih skenario/novel. Kita memiliki jumlah waktu yang lebih singkat, dengan pemilihan kata-kata dan visual serta penceritaan.

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022