Houston (ANTARA) - Harga minyak tergelincir pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), mencatat kerugian mingguan hampir lima persen, di tengah prospek pertumbuhan global yang lebih lemah, suku bunga lebih tinggi dan penguncian COVID-19 di China yang mengurangi permintaan bahkan ketika Uni Eropa mempertimbangkan larangan minyak Rusia yang akan memperketat pasokan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni jatuh 1,68 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi menetap di 106,65 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni terpangkas 1,72 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi ditutup di 102,07 dolar AS per barel.

Patokan global Brent mencapai 139 dolar AS per barel bulan lalu, harga tertinggi sejak 2008, tetapi kedua kontrak acuan minyak turun hampir lima persen minggu ini karena kekhawatiran permintaan.

Dana Moneter Internasional (IMF), yang minggu ini memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk 2022, dapat menurunkan peringkatnya lebih lanjut jika negara-negara Barat memperluas sanksi mereka terhadap Rusia atas perangnya melawan Ukraina, dan harga energi naik lebih lanjut, kata pejabat nomor dua badan tersebut.

Pemerintah Jerman akan memangkas perkiraan pertumbuhannya untuk 2022 menjadi 2,2 persen dari 3,6 persen, kata sumber pemerintah, sementara permintaan China untuk bensin, solar, dan bahan bakar penerbangan pada April diperkirakan turun 20 persen dari tahun sebelumnya, Bloomberg melaporkan, ketika banyak kota-kota terbesar China termasuk Shanghai, berada dalam penguncian COVID.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Kamis (21/4/2022) mengatakan kenaikan setengah poin dalam suku bunga AS "akan dibahas" pada pertemuan kebijakan Fed berikutnya pada Mei, mendorong dolar ke level tertinggi lebih dari dua tahun. Greenback yang lebih kuat membuat minyak dan komoditas lainnya lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.

"Pada tahap ini, kekhawatiran atas pertumbuhan China dan pengetatan berlebihan oleh The Fed, yang membatasi pertumbuhan AS, tampaknya menyeimbangkan kekhawatiran bahwa Eropa akan segera memperluas sanksi terhadap impor energi Rusia," kata Jeffrey Halley, analis di broker OANDA.

Di sisi pasokan, Konsorsium Pipa Kaspia Rusia-Kazakh (CPC) diperkirakan akan melanjutkan ekspor penuh mulai 22 April setelah hampir 30 hari mengalami gangguan, kata sumber.

Jumlah rig minyak AS naik satu menjadi 549 minggu ini, jumlah tertinggi sejak April 2020, menurut laporan Baker Hughes Co.

Namun, keterbatasan pasokan memberikan dukungan karena Libya kehilangan produksi 550.000 barel per hari (bph) akibat gangguan. Pasokan bisa diperas lebih lanjut jika Uni Eropa memberlakukan embargo pada minyak Rusia.

Sebuah sumber Uni Eropa mengatakan kepada Reuters minggu ini bahwa Komisi Eropa sedang bekerja untuk mempercepat ketersediaan pasokan energi alternatif, sementara seorang penasihat senior Gedung Putih mengatakan dia yakin Eropa bertekad untuk menutup atau membatasi lebih lanjut ekspor minyak dan gas Rusia yang tersisa.

Belanda mengatakan pihaknya berencana untuk berhenti menggunakan bahan bakar fosil Rusia pada akhir tahun ini.

Baca juga: Minyak lanjutkan kerugian, khawatir pertumbuhan, penguncian Shanghai
Baca juga: OPEC beri tahu IMF bahwa reli harga minyak terutama karena geopolitik
Baca juga: Harga minyak turun di pasar Asia karena kekhawatiran permintaan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022