Go Tik Swan sejak tahun 1950-an hingga 2008 hasil karyanya mencapai sekitar 200 motif batik,"Solo (ANTARA News) - Almarhum Go Tik Swan atau KRT Hardjonagoro warga Solo, semasa hidupnya menciptakan sekitar 200 motif batik Indonesia sehingga pemerintah memberikan penghargaan sebagai putra terbaik atas jasa-jasanya dengan tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma.
"Go Tik Swan sejak tahun 1950-an hingga 2008 hasil karyanya mencapai sekitar 200 motif batik," kata Siti Supiah Agreni ahli waris almarhum Go Tik Swan, di Solo, Kamis.
Bahkan, hasil karya batik Go Tik Swan yang luar biasa tersebut banyak pesanan dari kalangan pejabat negara seperti mantan Presiden RI Soekarno dan Megawati Soekarno Putri.
Menurut dia, Go Tik Swan batik ciptaannya antara lain, motifnya radyo kusumo, kuntul nglayang, kutila peksawani, dan parang anggrek.
Batik ciptaannya merupakan perpaduan multi warna antara batik Solo dominasi hitam dan cokelat dengan daerah pesisir yang memiliki warna cerah.
Menurut dia, keluarga Go Tik Swan tersebut sudah turun-temurun mengusahakan batik. Awal diciptakan motif batik Indonesia, ketika itu atas saran Presiden Soekarno. Sehingga, Go Tik Swan tergugah untuk mendalam segala sesuatu tentang batik di Solo, termasuk sejarah dan falsafahnya.
Go Tik Swan yang memiliki hubungan akrab dengan keluarga Keraton Solo memungkinkan belajar langsung dengan ibunda Susuhunan Paku Buwono XII yang memiliki pola pola batik pusaka. Pola batik langka yang dulunya tidak dikenal umum maupun pola tradisional lainnya yang digalinya.
Go Tik Swan berhasil mengembangkan tanpa menghilangkan ciri dan maknanya yang hakiki. Pola yang dikembangkan itu diberinya warna-warna baru yang cerah, bukan hanya cokelat, biru, dan putih kekuningan seperti lazimnya dijumpai pada batik Solo dan Yogyakarta.
"Oleh karena itu, batik hasil karya ciptaan Go Tik Swan itu, disebut batik Indonesia," katanya.
Ahli waris lainnya KRar Harjo Soewarno, mengatakan Go Tik Swan yang dilahirkan di Solo, 11 Mei 1931 itu, juga dikenal sebagai seorang budayawan dan sastrawan Indonesia di Surakarta. Semasa kecilnya bersekolah di "Neutrale Europesche Lagere School" di Solo bersama keluarga keraton, keturunan ningrat, anak-anak pembesar Belanda.
Karena, kata dia, orang tua Go Tik Swan merupakan seorang keturunan pemuka masyarakat Tionghoa pada saat itu. Go Tik Swan kemudian melanjutkan pendidikan ke Fakultas Sastra di Universitas Indonesia.
Beliau juga dikenal sebagai pemerhati tisan aji (keris), karena kecintaannya keris yang mendalam , dia pada tahun 1959-an mendirikan perkumpulan "Bawarasa Tosaji" di Solo.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Widdi Srihanto, mengatakan, pihaknya merasa bangga warga Solo Go Tik Swan yang dianugerahi tanda penghormatan Bintang Budaya dan Pembatik oleh Pemerintah sebagai putra terbaik Indonesia.
"Penganugerahan tanda kehormatan dilaksanakan di Jakarta, pada tanggal 7 November 2011 dalam rangka memperingati hari Pahlawan 10 November," katanya.
Menurut dia, Go Tik Swan itu, semasa hidupnya dikenal pencinta benda cagar budaya seperti arca, sehingga sekarang sebanyak 44 arca yang masih dititipkan di Dalem Harjonegaran Solo, diserahkan ke negara.
(B018)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011