Jakarta (ANTARA) - Ketua tim review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Prof. Moch Asmawi mengatakan atlet senam ritmik Sutjiati Narendra sejak awal tidak mendapat rekomendasi dari Pengurus Besar Persatuan Senam Seluruh Indonesia (PB Persani) untuk berangkat ke SEA Games 2021.

Hal Itu disampaikan Asmawi menanggapi perdebatan yang belakangan ini hangat dibicarakan di media sosial terkait keputusan pemerintah tidak memberi kesempatan Sutjiati berlaga di SEA Games Vietnam karena dianggap tidak berpotensi menyumbang medali.

“Pertama, atlet itu (Sutjiati) tidak mendapat rekomendasi dari PB, lalu kedua peringkat dia jauh untuk di kawasan Asia Tenggara. Dia kalah dari Malaysia, Thailand, dan Filipina. Jadi kami tidak berani memberangkatkan karena setiap atlet yang ikut SEA Games diharapkan bisa meraih medali emas, perak, atau perunggu,” kata Asmawi kepada media di Jakarta, Jumat.

Senam masuk dalam cabang olahraga Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) sehingga pemerintah mempunyai target bahwa cabang-cabang olahraga DBON harus bisa meraih medali emas, perak, atau perunggu di SEA Games.

Sutjiati sendiri dinilai tidak mempunyai peluang itu ataupun rekam jejak prestasi di multievent maupun single event regional dan internasional sehingga belum bisa diikutsertakan dalam SEA Games tahun ini.

Ia pun meminta atlet-atlet yang saat ini belum lolos diberangkatkan ke multievent Asia Tenggara itu agar tidak berkecil hati dan terus berlatih untuk mengejar prestasi.

“Silakan yang masih muda ini nanti dibina di induk cabang olahraga masing-masing karena induk cabang olahraga itu mempunyai kewajiban membina. Silakan dibina, ikut kejuaraan single event yang mempunyai ranking yang baik,” ucap Asmawi.

Baca juga: Juara PON tidak otomatis berlaga di SEA Games Vietnam

Sebelumnya, Sutjiati Narendra, atlet senam berusia 18 tahun, menuliskan surat terbuka soal kegelisahannya terkait sistem pengiriman atlet ke kompetisi internasional.

Ia sangat menyayangkan karena tidak diberi kesempatan untuk bersaing di kancah internasional hanya karena dinilai belum cukup berprestasi.

“Dikombinasikan dengan masalah pendanaan, kurangnya struktur organisasi yang efisien, dan minimnya perencanaan yang efektif, oleh karena itu kita memiliki banyak atlet di Indonesia yang telah menjadi korban dari sistem yang tidak maksimal ini,” tulisnya melalui akun Instagram @sutji.ritma.

Pada SEA Games 2021, tim senam Indonesia hanya akan menurunkan empat atlet yang bakal berlaga pada nomor artistik saja, yang mempunyai rekam jejak perolehan medali emas pada edisi tiga tahun lalu di Filipina.

Sebagai gambaran, senam Indonesia meraih dua emas, empat perak, dan dua perunggu pada SEA Games 2019 di Filipina. Dua medali emas itu didapat dari nomor artistik yang masing-masing diraih oleh Agus Adi Prayoko (vault putra) dan Rifda Irfanaluthfi (vault putri).

Sedangkan empat medali perak diperoleh dari artistik nomor all around (semua alat), balok keseimbangan dan senam lantai, serta mixed trio di nomor aerobik.

Sementara itu dari nomor senam ritmik, tak ada satu pun atlet Indonesia yang mampu menyumbangkan medali. Perolehan medali pada ritmik didominasi oleh Malaysia, Filipina, dan Thailand.

Baca juga: Pelatnas senam dilakukan secara terpisah jelang SEA Games Hanoi
Baca juga: Menpora: efisiensi atlet SEA Games tak terkait anggaran, tapi prestasi
Baca juga: Menpora minta tim review dan CdM konsisten dalam mengambil keputusan

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2022