Jakarta (ANTARA News) - Langkah jual pelaku pasar dilakukan karena kekhawatiran penangan krisis utang Eropa mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis tertekan.

IHSG BEI dibuka turun 73,34 poin atau 1,90 persen ke posisi 3.784,02. Indeks 45 saham unggulan (LQ45) turun 18,25 poin atau 2,61 persen ke posisi 671,03 poin.

"Kekhawatiran investor terhadap penyelesaian krisis Eropa menyebabkan aksi jual hebat," kata analis Samuel Sekuritas Milenium Danatama Sekuritas, Abidin di Jakarta, Kamis.

Selain itu, lanjut Abidin, pernyataan pejabat Uni Eropa yang menyatakan tidak akan memberikan bantuan keuangan kepada Italia semakin menumbuhkan kekhawatiran terhadap investor.

Ia mengharapkan, kondisi ekonomi dalam negeri yang stabil dapat menahan jatuhnya indeks BEI lebih dalam.

Terkoreksi
Sementara itu, analis Samuel Sekuritas, Christine Salim menambahkan, IHSG Kamis pagi turut dibuka terkoreksi seiring pergerakan bursa regional.

"Bursa Asia pagi ini turut dibuka melemah signifikan dengan bursa HangSeng dibuka empat persen seiring koreksi signifikan yang terjadi di bursa global tadi malam dan diperparah dengan rilis data `machinery order` Jepang di bulan September yang turun 8,2 persen, lebih buruk dari ekspektasi," kata Christine Salim.

Ia menambahkan, indeks BEI yang kembali mencetak rekor tertinggi dalam dua bulan terakhir juga cukup rawan "profit taking" terutama saham-saham sektor perbankan seperti Bank Central Asia (BBCA), Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Bank Negara Indonesia (BBNI) serta Astra International (ASII).

Ia memperkirakan, potensi penurunan acuan suku bunga (BI rate) hari Kamis akan direspon netral oleh pasar seiring telah terfaktorkan dalam "rally" indeks BBEI sejak awal bulan ini.

Sementara, bursa regional diantaranya indeks Hang Seng melemah 867,63 poin (4,34 persen) ke level 19.145,25, indeks Nikkei-225 turun 205,50 poin (2,35 persen) ke level 8.549,94, dan indeks Straits Times melemah 76,38 poin (2,68 persen) ke level 2.781,94.
(ZMF/A011)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011