Jakarta (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengusung potensi gas bumi yang dimiliki Indonesia ke dalam forum kerja sama multilateral Group of Twenty atau G20 untuk menarik minat investor dalam menjalankan transisi energi.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam pernyataannya di Jakarta, Jumat, mengatakan dari sekian banyak cekungan, terkhusus di Indonesia bagian timur, mayoritas adalah cekungan gas yang dapat mendorong produksi gas dari sekarang sekitar 6 BSCFD menjadi 12 BSCFD pada 2030.

"Ini yang mesti kita usung dengan potensi juga ke depan bahwa Indonesia akan menjadi penghasil gas yang besar, sehingga diharapkan investor akan datang untuk investasi di Indonesia," ujarnya.

Dwi mengatakan pihaknya akan membuat syarat dan kondisi di dalam negeri supaya menarik untuk investor karena portofolio di dunia akan sangat bersaing dari satu negara ke negara lain.

Berdasarkan proyeksi kebutuhan energi nasional, konsumsi gas bumi akan meningkat sebesar 298 persen dalam bauran energi pada 2020 sampai 2050.

Baca juga: SKK Migas lakukan studi fiskal pengembangan migas nonkonvensional

SKK Migas mengungkapkan lebih dari 50 persen penemuan sumur eksplorasi yang terjadi dalam satu dekade terakhir lebih banyak gas bumi, sehingga rata-rata 70 persen plan of development berupa pengembangan lapangan gas bumi.

Melansir BP Energy Outlook 2021, cadangan produksi gas bumi Indonesia mencapai dua kali lebih besar dibandingkan minyak bumi.

Lebih lanjut Dwi mengungkapkan banyak investor tertarik dengan penangkapan karbon, utilisasi, dan penyimpanan di Indonesia.

Emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan hulu migas nantinya akan didaur ulang, lalu diinjeksikan ke dalam perut bumi.

Sementara itu emisi karbon yang dihasilkan dari industri-industri salah satunya pembangkit listrik adalah yang paling banyak, sehingga ke depan ini akan menjadi game changer untuk mengatasi permasalahan lingkungan.

Menurut Dwi, Indonesia punya banyak reservoir yang sudah kosong dan bisa dimanfaatkan menjadi CCUS. Beberapa perusahaan yang tertarik mengembangkan CCUS, di antaranya Exxon bekerja sama dengan Pertamina, kemudian ada juga Premier Oil dan BP.

Rencana pengembangan teknologi CCUS akan menjadi menarik terkhusus cekungan yang berada di sekitar wilayah Singapura dan Malaysia.

"Sekarang orang sudah melakukan uji coba untuk membawa karbon ini dalam bentuk liquid untuk dibawa ke suatu tempat, lalu dimasukkan ke dalam CCUS. Biayanya sekarang masih tinggi, tetapi ini menjadi daya tarik Indonesia dalam kaitan dengan isu lingkungan saat ini," jelas Dwi.

"Indonesia punya cadangan gas yang besarnya, kemudian CCUS karena Indonesia punya reservoir banyak yang bisa dimanfaatkan dunia untuk menyimpan karbon dioksida," tambahnya.

Baca juga: Indonesia masih memiliki peluang besar di bisnis migas

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022