Jakarta (ANTARA News) - Krisis Uni Eropa kembali mengkawatirkan pasar akibat ketidakpastian mengenai penyelesaian krisis utang di Eropa sehingga membuat rupiah terhadap dolar AS tertekan pada Kamis pagi.
Pada pukul 9.30 WIB, nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarBank di Jakarta belum bergerak nilainya atau stagnan di posisi Rp8.885.
Sementara, pada pukul 9.45 WIB nilai tukar rupiah tertekan 65 poin ke posisi Rp8.950 dari sebelumnya Rp8.885 per dolar AS.
"Rupiah tertekan terhadap dolar AS pada setelah kekhawatiran bahwa perekonomian terbesar ke tiga di zona Euro itu mungkin akan membutuhkan bantuan dana untuk membayar hutang-hutangnya," kata analis pasar uang Monex Investindo Futures, Johanes Ginting.
Ia menambahkan, kekacauan politik di Italia menjadi faktor utama yang memperburuk nilai tukar negara berkembang termasuk rupiah terhadap dolar AS.
"Kita sedang berada dalam masa krisis dimana pasar tidak memiliki keyakinan bahwa pemerintah Italia dapat mengadopsi langkah-langkah penghematan dan melakukan reformasi yang diperlukan," kata dia.
Analis pasar uang Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan, krisis Uni Eropa kembali mengkawatirkan pasar akibat ketidakpastian mengenai Euro dan kepemimpinannya.
"Partai berkuasa di Jerman pimpinan Angela Merkel kemungkinan akan mengadopsi mosi yang mengijinkan anggota Uni Eropa (UE) untuk keluar dari Euro melihat fakta bahwa efek penularan dari negara-negara yang terkena krisis utang akut seperti Yunani dan berikutnya adalah Italia akan mengancam kestabilan mata uang euro itu sendiri," kata dia.
Ia menambahkan, jika negara anggota dipaksa menggunakan euro ditengah krisis seperti saat ini, negara itu tidak mempunyai amunisi kebijakan lagi.
"Kebijakan moneter telah dibawah ke tingkat bank sentral UE sedangkan kebijakan fiskal harus diketatkan. Padahal UE dapat dikatakan sebagai `welfare state` dengan mengandalkan anggaran sebagai motor perekonomian. Namun pasar merespon kemungkinan ijin `exit euro` ini sebagai faktor yang menimbulkan ketidakstabilan," kata dia.
(ANT)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011