Yogyakarta (ANTARA News) - Kegiatan industri diharapkan ramah lingkungan, kata Menteri Negara Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya.
"Kalangan industri di Indonesia hendaknya menjalankan usahanya berbasis lingkungan, untuk mencapai keseimbangan," katanya dalam Konferensi `Asia Pacific Roundtable for Sustainable Consumption and Production (APRSCP)` ke-10 di Yogyakarta, Rabu.
Ia mengatakan kalangan industri diharapkan mampu menerapkan konsep ekonomi hijau yang bertujuan menciptakan efisiensi sumber daya alam, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Masyarakat harus mengubah cara pandang untuk membuat lingkungan tetap terjaga atau hijau," kata dia.
Dia mengatakan salah satu contoh produksi yang ramah lingkungan adalah mencegah akumulasi atau penumpukan sampah dengan cara mengolahnya.
Sementara itu, Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup Hermin Rosita mengatakan pihaknya selama ini bekerja sama dengan pemerintah kabupaten dan pemerintah kota untuk mengawasi kalangan industri guna mengantisipasi pencemaran lingkungan.
Menurut dia, sesuai ketentuan, kalangan industri yang melakukan pencemaran lingkungan dikenai sanksi administrasi maupun pencabutan izin usaha.
"Sanksi yang ditetapkan pemerintah berlapis sesuai dengan tingkat pencemaran yang dilakukan kalangan industri," katanya.
Ia mengatakan beberapa kalangan industri telah memiliki kesadaran untuk memperhatikan kondisi lingkungan.
"Beberapa kalangan industri berpikir dua kali untuk melakukan pencemaran lingkungan, karena mereka harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk mengembalikan lingkungan seperti kondisi sebelum tercemar," katanya.
Ia mengatakan pencemaran lingkungan di Indonesia juga melibatkan kalangan rumah tangga, karena berhubungan dengan perilaku manusia.
"Contohnya kepedulian membuang dan mengolah sampah di Indonesia masih rendah, yakni hanya 10 persen dari produksi sampah per hari," katanya.
Deputi Director General United Nation Industri Development Organization (UNIDO) Yoshiteru Uramoto mengatakan kalangan industri perlu memperhatikan keseimbangan produksi dan konsumsi yang berbasis pada lingkungan.
Menurut dia, kalangan industri hendaknya efisien dalam mengolah sumber daya alam untuk kegiatan produksi.
Dia mengatakan efisiensi penggunaan sumber daya alam menjadi bagian penting dari kegiatan penyelamatan lingkungan.
Ia mengatakan Konferensi APRSCP penting bagi seluruh negara-negara anggota untuk menginisiasi berbagai program produksi dan konsumsi berkelanjutan yang berbasis pada lingkungan.
"Industrialisasi memunculkan berbagai dinamika ekonomi yang mempengaruhi kondisi lingkungan," katanya.
Menurut dia, perubahan iklim selama ini menjadi ancaman yang harus dihadapi masyarakat di dunia.
"Semua pihak bertanggungjawab terhadap keberadaan lingkungan, misalnya dengan cara menjaga keberadaan air, sungai, dan mengurangi timbunan sampah," katanya.
(ANT-293/M008)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011