Mekkah (ANTARA News) - Ritual ibadah haji berakhir dengan tahalul, yaitu memotong rambut kepala (bukan rambut yang lain) sebagai simbol melepaskan semua larangan saat jemaah memakai ihram. Setelah tahalul, meminjam istilah anak saya yang ABG, "Apa aja boleh".
Mau bersolek boleh. Potong kuku boleh. Ngupil boleh. Bahkan berhubungan suami isteri juga boleh. Pokoknya, semua yang haram selama ihram, sekarang halal. Yang menjadi "trending topics" jemaah haji yang membawa pasangan muhrimnya saat ritual haji berakhir dengan tahalul adalah bagaimana mencari "Kamar Barokah".
"Kamar Barokah" adalah tempat dimana pasangan suami-isteri melepaskan hasrat biologisnya setelah sekian lama tertahan karena larangan-larangan yang berlaku selama ihram. Kini sudah bebas. Merdeka. Berbahagialah jemaah haji yang membawa isteri atau isteri yang membawa suami. Saya yang tidak membawa isteri hanya bisa mendoakan semoga "tahalul qubro"-nya barokah. Amin.
Yang saya mau ceritakan adalah soal tahalul, bukan "Kamar Barokah". Pertanyaan pertama adalah mengapa kita harus memotong rambut? Pertanyaan kedua, apakah perlu sampai gundul atau botak? Mana yang lebih afdol menurut hukumnya? Pertanyaan berikutnya, apakah filosofi dari perbuatan memotong rambut itu baik yang sampai botak maupun hanya cukur pendek saja?
Salah satu wajib haji
Menurut Abdul Kholik, salah satu pengurus Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), tahalul termasuk salah satu wajib haji. Artinya, bagi orang yang berihram bila meninggalkan tahalul akan dikenakan dam atau denda seekor kambing.
"Itu sesuai dengan sunnah nabi dimana kita dianjurkan melakukan ritual haji sesuai manasik atau arahan Rasulullah," kata Kholik yang pernah menjadi Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di DPR.
Saat haji wada seusai melempar Jumrah Aqabah pada 10 Dzulhijah, Rasulullah SAW memanggil tukang cukur dan memintanya untuk mencukur gundul (halq) rambut beliau. Para sahabat pun mengikuti apa yang dilakukan Nabi dengan mencukur gundul kepala mereka, namun ada beberapa sahabat yang hanya memangkas (taqshir) rambutnya.
Persoalannya bagi sebagian jemaah seperti saya adalah gundul atau pangkas, halq atau taqshir? Seumur-umur, sejak beranjak dewasa, saya belum pernah dibotakin. Bagaimana kalau saya pulang ke Tanah Air dalam keadaan kepala gundul harus tampil di muka umum sebagai pembicara atau moderator seminar atau mengajar? Hati saya bimbang.
Untuk membantu memantapkan hati terhadap apa yang akan saya pilih, saya minta pendapat dari para sahabat saya di facebook. Saya posting di Wall FB seperti ini:
"Wukuf sudah, tawaf sudah, sa`i sudah, tinggal tahalul. Botakin jangan ya".
Fans saya di FB ramai berkomentar. Ada yang setuju dibotakin. Ada yang sarankan cukup dipotong sedikit saja. Tidak puas dengan saran teman-teman FB, saya hubungi isteri saya via bbm untuk meminta pendapatnya apakah saya dibotakin atau tidak.
`Apa aza boleh...gundul tidak gundul, aku tetap mencintaimu,` jawab isteri saya diakhiri tiga gambar jantung hati warna merah. Wedeh. Artinya, soulmate saya menyerahkan keputusan sepenuhnya pada saya.
Merujuk ke fiqih
Akhirnya saya merujuk ke fiqih. Saya baca buku-buku panduan manasik haji dan umroh. Dari sebuah kitab saya baca bahwa Ibnu Umar RA meriwayatkan bahwa Rasulullah usai tahalul dengan bercukur berdoa; "Ya Allah, rahmati orang yang mencukur gundul kepalanya".
Rasulullah mengulang doa itu sampai tiga kali. Lalu, ada seorang sahabat bertanya: "Bagaimana dengan orang yang hanya memangkas rambutnya saja tidak sampai gundul". Maka Rasulullah berdoa; `Ya, Allah rahmati juga orang yang memangkas rambutnya".
Dari riwayat itu, menurut Yazid bin Abdul Qadir Jawas dalam buku Panduan Haji dan Umrah, yang lebih utama dilakukan jemaah haji maupun umrah saat mereka bertahalul adalah mencukur rambutnya sampai gundul alias botak. Gundul lebih afdol menurut hukum fikihnya.
Sebab, tulis Yazid, Rasulullah mendoakan kebaikan sebanyak tiga kali bagi yang mencukur gundul rambutnya. Ada pun bagi yang hanya memotong pendek rambutnya, nabi hanya sekali mendoakan kebaikan untuknya. Dibukunya, ketika membahas soal tahalul ini, Yazid menulis peringatan dengan huruf ditebalkan:
"Peringatan! Bagi laki-laki yang bertahalul dengan hanya mencukur sedikit rambut, tidak seluruhnya, maka perbuatan ini tidak ada dasarnya dari sunnah Rasulullah".
Setelah membaca itu, saya tambah mantap untuk botak meskipun dalam hati masih fikir-fikir bagaimana penampilan saya kalau gundul pacul. Apa perwajahan saya nanti kayak Tuyul-nya Mbak Yul? Padahal, dalam soal penampilan, terus terang saya termasuk kategori orang yang narsis.com.
Ketika saya sampaikan keraguan saya kepada sesama rombongan Amirul Haj, mereka memprovokasi saya dengan menuding saya sebagai orang yang gak mau berkorban.
"Lihat itu Nabi Ibrahim. Ia rela mengorbankan anaknya, Ismail, untuk disembelih karena perintah Allah. Masak kita tidak ikhlas merelakan rambut kita digunduli untuk mengikuti sunnah nabi" Masak mengorbankan rambut saja tidak mau? Bentar lagi dia tumbuh lagi," kata teman sekamar saya Zubaidi, yang pejabat di Kementerian Agama.
Ya sudah saya memantapkan hati untuk digunduli. Sebetulnya, kalau sekedar memotong rambut, saya sudah melakukannya pada 10 Dzulhijah (6 November 2011) saat selesai melakukan Sa`i. Tidak tanggung-tanggung, yang memotong rambut saya adalah Menteri Agama Suryadharma Ali selaku Amirul Haj. Tapi rasanya memotong sebagian kecil rambut saja tidak cukup.
Maka sesudah tuntas melakukan lempar jumrah tiga hari berturut-turut, pada 12 Dzulhijah (8 Nopember 2011), saya dan Zubaidi datang ke tukang cukur kaki lima di Mina untuk digunduli. Di sekitar tempat melempar jumrah banyak sekali tukang cukur "dadakan". Mereka umumnya pendatang yang berasal dari Yaman, Pakistan atau Bangladesh. Ada juga mukimin dari Madura.
Mereka sebelumnya bukan berprofesi sebagai tukang cukur, namun memanfaatkan momen haji ini sebagai lahan mengais rejeki. Tukang cukur dadakan di kaki lima ini jelas panen besar. Mereka menaikkan harga dari yang biasa hanya 10 riyal menjadi 20 sampai 30 riyal pada musim haji. Kalau dikurs, satu riyal sama dengan sekitar Rp2.500.
Untuk praktisnya, saya tidak mencari barbershop di hotel, tapi cukup membayar 20 riyal saja kepada tukang cukur asal Yaman. Toh cukur gundul tidak memerlukan model atau gaya rambut apapun. Hasil akhirnya sama saja. Rambut dibantai habis.
Satu-satunya pilihan adalah kita mau babat habis satu cm atau ? cm atau 0 cm. Saya pilih yang disisain ? cm. Meski gundul, masih ada sisa-sisa rambut sedikit. Kalau pilih yang 0 cm, saya takut alat cukurnya menggores kulit kepala saya sehingga bisa berdarah-darah.
Tukang cukur Arab asal Yaman sangat gesit memotong rambut saya. Hanya dalam waktu kurang lima menit, kepala saya sudah plontos. Sehabis digunduli, untuk kenang-kenangan saya meminta foto bareng dengan dia dan majikannya yang bertindak sebagai kasir. Tentu saja foto saya gundul itu segera saya upload dan posting di facebook saya.
Lebih keren
Teman-teman fans FB saya riuh rendah berkomentar terhadap foto antik tersebut. Banyak juga yang menyatakan suka dan kasih tanda jempol. Saya tersenyum-senyum sendiri membacanya.
"Gundul lebih keren," begitu komen seorang fans FB saya.
Gabby Gabaya, teman kuliah saya di Ateneo de Manila University, Filipina, mengomentari sebagai berikut:
"You have a clean head....hopefully not a dirty mind!"
Intinya Gabby yang non-Muslim itu mengatakan "Kepala kamu bersih....semoga hatimu juga bersih tidak kotor".
Saya kira Gabby benar. Tahalul adalah simbol dari membuang atau memangkas semua pikiran kotor, pikiran negatif, yang bersemayam dalam otak kita. Menggunduli kepala berarti kita menggunduli otak ngeres kita, pikiran khusnudzon kita, prasangka buruk kita, kacamata hitam kita, paranoid kita.
Seringkali "picture in our head" itu yang membuat kita menolak kebenaran. Pola pikir dan "mindset" kita sering menentukan sikap dan perbuatan kita bukan pada fakta, tapi pada persepsi. Dengan kepala yang gundul, kita disunahkan untuk membuang semua pikiran dan persepsi buruk itu. Inilah filosofi utama dari tahalul. Inilah pesan moral dan agama yang luar biasa dari kewajiban haji kita bertahalul.
Menggunduli rambut merupakan simbol pembersihan diri, penghapusan cara-cara berfikir yang kotor, penghancuran otak ngeres atau menurut istilah Gabby "your dirty mind". Kita kembali ke Tanah Air sebagai manusia baru dengan otak baru yang bersih dan hati yang bening. Subhanallah!.
(A017)
(*Akhmad Kusaeni adalah Wakil Pemimpin Redaksi Antara)
Pewarta: Akhmad Kusaeni *
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011