... pertanda kebangkitan kembali industri teknologi dirgantara di Tanah Air...

Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) ke PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung, Jawa Barat, pada 24 Oktober 2011 istimewa terjadi. Dia langsung menyaksikan penandatanganan kerja sama PT DI dengan Airbus Military, anak perusahaan EADS, dalam pembuatan pesawat transportasi ringan C-295.

Seluruh personel PT DI, sekitar 1.200 orang yang hadir, sangat antusias menyaksikan hal yang terjadi di Hanggar CN-235, juga 500 yang lain di Gedung Pusat Manajemen Kawasan Produksi PT DI. Kelak, kerja sama dengan Airbus Military itu akan bisa memenuhi keperluan sistem persenjataan bagi Kementerian Pertahanan, TNI, dan Kepolisian Indonesia.

"Akankah kunjungan Presiden RI pada 24 Oktober lalu itu memberikan harapan dan makna baru bagi PT DI?". Sebelumnya Presiden SBY telah beberapa kali mengunjungi perusahaan tersebut.

"Jika kebutuhan alutsista dapat dirancangbangun dan dibuat di dalam negeri, maka “wajib hukumnya” untuk membeli alutsista dari dalam negeri," kata SBY. Jika TNI atau Kepolisian Indonesia memerlukan sistem kesenjataan yang bisa dibuat di dalam negeri, harus dibeli dari PT DI.

Sebelum kembali ke Jakarta, SBY berpesan, " Agar segenap karyawan PTDI tetap gigih bekerja keras untuk mencapai kesuksesan." Para karyawan pun kembali bertepuk tangan dengan wajah berseri-seri.

Jika dianalisis, kunjungan Presiden SBY tersebut paling tidak memberikan lima makna penting bagi PT DI. Pertama, perhatian pemerintah semakin besar untuk memberdayakan dan membesarkan industri strategis nasional.

Dalam memenuhi kebutuhan armada angkutan udara TNI, pemerintah memiliki beberapa pilihan. Pemerintah tertarik dengan penawaran Airbus Military, karena meski rancang bangun pesawat C-295 dikerjakan Airbus Military, namun pembuatan komponen dan perakitannya akan dikerjakan bersama di Airbus Military dan PT DI.

Rancang bangun C-295 merupakan turunan CN-235 dengan perpanjangan rangka badan tiga meter. Terlepas dari penawaran dan kriteria penilaian lain yang ditawarkan para aircraft manufacturer; alasan memilih C-295 banyak dipengaruhi penawaran pembuatan komponen dan perakitannya yang akan dilakukan bersama di Spanyol dan Bandung.

Dengan memilih penawaran itu berarti pemerintah memberikan kesempatan bagi PT DI mengerjakan program-program yang dapat memenuhi kebutuhan persenjataan militer Indonesia. Kerjasama yang sudah dapat diproyeksikan saat ini adalah pembuatan komponen dan perakitan akhir.

Namun dalam jangka panjang PTDI dan Airbus Military harus menemukan bentuk kerjasama rekayasa yang dapat memanfaatkan kelebihan dan kompetensi masing-masing, karena saat ini hampir semua pekerjaan enjiniring C-295 telah diselesaikan Airbus Military.

Kedua, kunjungan Presiden ke PTDI merupakan pertanda kebangkitan kembali industri teknologi dirgantara di Tanah Air. Krisis ekonomi yang telah sejak 13 tahun lalu mengakibatkan banyak industri harus menanggung beban berat, bahkan sebagian besar harus gulung tikar.

Meski tidak sempat kolaps, PT DI beruntung karena di tengah segala keterbatasan tetap mampu menjalankan roda usahanya. Perusahaan sulit mendapatkan proyek karena kurang modal kerja dan dalam tiga tahun terahir perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban, baik kepada mitra usaha maupun kepada karyawannya.

Akibatnya, motivasi kerja karyawan menurun secara perlahan, sementara pemeliharaan fasilitas kerja tidak maksimal sehingga banyak fasilitas yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Secara keseluruhan perusahaan dinyatakan sebagai dalam keadaan gawat dan membutuhkan pertolongan.

Dalam upaya mendapatkan tindakan penyelamatan, pemerintah telah menugaskan PT Perusahaan Pengelola Aset milik pemerintah untuk menyusun langkah-langkah penyehatan atau revitalisasi. Langkah revitalisasi ini dibagi menjadi tiga tahapan, yakni tahap stabilisasi, konsolidasi, dan pertumbuhan dan transformasi bisnis.

Penandatangan kerjasama strategis PT DI dengan Airbus Military dalam pembuatan C295 tersebut dapat dimaknai sebagai awal dari tahapan rencana induk program revitalisasi PT DI yang telah disusun bersama oleh tiga pihak, yakni PT Perusahaan Pengelola Aset, PT DI, dan Airbus Military.

Ketiga, PT DI dituntut untuk secara sungguh-sungguh membangun dan mempersiapkan kapasitas dan kemampuan sesuai volume dan kompleksitas bisnis yang akan meningkat. Artinya, perusahaan harus secara serius segera berbenah diri.

Pembangunan kapasitas dan kemampuan yang dimaksud disini seyogianya meliputi lima hal, yakni kepemimpinan, sumber daya manusia, kebijakan dan strategi, kerjasama dan sumber daya, serta proses bisnis.

Pengelolaan dan pembenahan kelima aspek penting itu berhubungan langsung dengan hasil kinerja usaha/bisnis. Pengelolaan dan pembenahan yang efektif dan efisien akan menghasilkan kinerja usaha luar biasa, sebaliknya pengelolaan dan pembenahan yang tidak terencana dengan baik dan tidak konsisten akan menghasilkan kinerja buruk.

Keempat, ada pertanda bahwa calon customer masih percaya pada produk-produk PT DI. Penandatanganan nota kesepahaman itu dan naskah Letter of Intent yang dilakukan PT DI dengan beberapa mitra usaha adalah awal dari sebuah proses panjang yang harus dipastikan dapat berlanjut pada penandatanganan kontrak jual beli dan penyerahan pesawat terbang.

Dengan demikian ini berarti adanya niat dan kesepahaman untuk membeli produk PTDI guna memenuhi kebutuhan alat angkut udara dari calon-calon pembeli. Kesepahaman ini merupakan pertanda bahwa produk pesawat terbang yang dihasilkan akan mampu memenuhi kebutuhan calon pembeli.

Fokus usaha selanjutnya adalah bagaimana agar niatan yang baik tersebut dapat ditindaklanjuti menjadi sebuah kontrak jual beli yang akan menghasilkan pendapatan yang relatif signifikan bagi perusahaan.

Kelima, last but not least, kunjungan Presiden ke PTDI telah menandai terjadinya perubahan paradigma dari semangat berkompetisi menjadi semangat berkolaborasi. PTDI dan Airbus Military dengan kondisi internal masing-masing menyadari bahwa daripada berkompetisi dan berjuang sendiri-sendiri lebih baik dan lebih strategis berkolaborasi untuk merebut dan memperluas pangsa pasar.

(*) Manajer Sumber Daya pada Direktorat Teknologi PT DI

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011