"Mereka memandang brand sebagai peran yang bisa menghibur dan bisa menciptakan sebuah sudut pandang. Bukan hanya mekanisme untuk menjual produk. Role-nya sudah berkembang. Jadi penting untuk brand tumbuh bersama dan berkembang bersama audiens mereka, khususnya wanita, saat melihat perubahan perilaku tersebut," ujar Astarini selaku Head of Business Marketing TikTok Indonesia saat diskusi daring, Jumat.
Baca juga: Fitur Stories TikTok sasar lebih banyak pengguna
"Pesan untuk brand, saat menjangkau audiens wanita adalah brand itu harus menjadi nyata, menghibur, dan brand juga penting untuk memasukkan pesan inklusif sesuai target audiens, memusatkan pesan mereka dengan komunitas wanita yang ada di dalam platform, serta bertanggung jawab secara sosial dengan isu-isu yang ada," sambungnya.
Astarini menjelaskan bahwa menurut survey, 9 persen wanita merasa program marketing yang ada tidak benar-benar secara aktif menjangkau mereka. Sementara, generasi wanita membutuhkan brand untuk tampil sebagai diri mereka yang otentik sehingga dapat menjangkau hati nurani mereka.
Lebih lanjut, Astarini juga memaparkan bahwa kaum wanita mengendalikan 2/3 dari pengeluaran konsumen secara global. Namun, TikTok justru melihat bahwa wanita tidak merasa diwakili atau diajak bicara secara aktif oleh brand yang ada. Padahal, wanita adalah kelompok audiens yang memiliki potensi pembelian yang sangat besar.
"Wanita sebagai kelompok audiens, memiliki potensi pembelian yang sebenarnya sangat besar. Tapi ada kesenjangan yang cukup signifikan dari cara mereka dijangkau oleh brand-brand," kata Astarini.
Oleh sebab itu, Astarini mengungkapkan bahwa para wanita juga ingin brand memiliki sudut pandang yang kuat sehingga bisa menjangkau hati nurani mereka. Sehingga menurutnya, sangat penting bagi sebuah brand untuk dapat berkembang bersama audiens khususnya wanita.
Baca juga: TikTok luncurkan efek AR
Baca juga: Pendapatan iklan TikTok ditaksir lebih dari Rp158 triliun tahun ini
Baca juga: TikTok uji fitur histori tontonan
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022