Jakarta (ANTARA News) - Hasil survei dalam jaringan (daring) Nielsen terhadap sekitar 28.000 konsumen di 56 negara selama Agustus-September 2011 menunjukkan bahwa konsumen daring Indonesia paling optimistis dengan kondisi finansial mereka tahun depan.
Menurut Managing Director Nielsen Indonesia Catherine Eddy di Jakarta, Rabu, sebanyak 86 persen dari 500 responden survei daring di Indonesia yakin kondisi keuangan mereka masih akan sangat bagus atau bagus 12 bulan mendatang.
"Ini menempatkan konsumen Indonesia sebagai yang paling optimistis dengan kondisi keuangan personal tahun depan," katanya.
Di Indonesia, ia menambahkan, sebagian besar (69 persen) responden survei daring juga tidak merasa khawatir dengan keamanan pekerjaan.
"Mungkin ini yang membuat mereka yakin kondisi finansial akan tetap baik tahun depan," katanya.
Yang menarik, ia melanjutkan, meski yakin kondisi finansialnya membaik dan pekerjaannya akan aman namun sebagian konsumen daring tetap berhati-hati dalam melakukan pengeluaran.
"Persentase konsumen yang mau membeli barang yang diinginkan dan dibutuhkan selama kwartal ini turun 16 persen dibanding selama kwartal kedua," kata Catherine.
Hal itu, menurut dia, kemungkinan terjadi karena konsumen tetap mewaspadai kondisi ekonomi global dan dampaknya terhadap stabilitas keuangan mereka.
Seperti sebagian besar konsumen di Asia Pasifik dan Asia Tenggara, menurut Nielsen, kondisi ekonomi juga menjadi perhatian utama konsumen Indonesia.
"Karena itu mereka berhati-hati melakukan pengeluaran. Mereka tidak mau berada dalam situasi sulit kalau ternyata kondisi ekonomi global memburuk," katanya.
Tidak Jauh Beda
Walaupun tidak bisa mewakili keseluruhan konsumen namun, Catherine yakin, hasil survei konsumen daring terkait kepercayaan konsumen tersebut tidak akan jauh berbeda dengan kondisi kepercayaan konsumen secara umum.
Optimisme konsumen yang tercermin dari temuan survei tersebut, ia menjelaskan, tetap mengindikasikan akan masuknya banyak konsumen ke pasar.
"Jadi pelaku usaha ritel perlu memahami siapa yang akan membeli dan apa yang akan dibeli konsumen supaya bisa mengambil manfaat dari kondisi ini," tuturnya.
Pelaku bisnis periklanan, ia melanjutkan, juga perlu lebih kreatif dan inovatif dalam membuat strategi kampanye produk untuk menarik minat konsumen.
"Sebaiknya menggunakan pendekatan yang berbeda untuk mempengaruhi konsumen. Tidak terpaku pada media tertentu seperti televisi saja, tapi memadukannya dengan media lain," katanya. (M035)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011