Tokyo (ANTARA) - Koalisi berkuasa Jepang menyetujui anggaran tambahan guna mendukung rumah tangga berpenghasilan rendah dan perusahaan kecil.

Keputusan itu menandakan babak lain dari pengeluaran untuk negara karena terlilit utang saat Jepang memerangi tekanan inflasi untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.

Pemerintahan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bertujuan menetapkan langkah-langkah bantuan pada Jumat (22/4), termasuk bantuan langsung tunai sebesar 50.000 yen (Rp5,5 juta) bagi rumah tangga berpenghasilan rendah dengan anak serta memperluas subsidi untuk grosir bahan bakar, berdasarkan dokumen awal yang dilihat oleh Reuters, Kamis (21/4).


Baca juga: Jepang akan hadiri pertemuan menkeu G20, tak berkomentar soal Rusia

Koalisi pemerintah, yang menghadapi pemilihan majelis tinggi dijadwalkan pada 10 Juli saat ekonomi memburuk dan pemilih berjuang untuk mengatasi lonjakan biaya energi, juga bertujuan guna memastikan pasokan minyak dan makanan pokok yang stabil, menurut rancangan itu.

Berita terkait anggaran tambahan, yang nilainya Kantor Berita Kyodo perkirakan sekitar 2,5 triliun yen (Rp134 triliun), itu tidak terduga.

Paket itu harusnya disetujui selama sesi parlemen saat ini yang dijadwalkan berakhir pada Juni, Toshimitsu Motegi, kata Sekretaris Jenderal Partai Demokratik Liberal yang berkuasa sebelumnya.

Sekutu LDP yang lebih kecil, Partai Komeito, yang mendukung jadwal itu, mengatakan tidak ada pihak yang mengusulkan perpanjangan sesi parlemen, kata sekretaris jenderalnya Keiichi Ishii.


Baca juga: Menteri: AS tak pernah tekan Jepang keluar dari proyek energi Rusia

Menutupi stimulus tambahan mungkin melibatkan penerbitan obligasi tambahan, yang selanjutnya akan memperbesar beban utang publik terberat di dunia industri, yang mencapai lebih dari dua kali hasil ekonomi tahunan.

Jepang memasuki periode panjang inflasi mendekati nol pada awal 1990-an yang menentukan cara pembuat kebijakan dalam mengelola ekonominya selama beberapa dekade.

Didorong oleh perang di Ukraina dan biaya bahan bakar yang sudah melonjak, tekanan inflasi sekarang meningkat.

Sementara CPI inti tetap rendah di hanya 0,6 persen year on year pada Februari, biaya energi naik 20,5 persen dan inflasi grosir mencapai 9,5 persen pada Maret.

Sumber: Reuters

Baca juga: Slowakia ajak Indonesia serukan perdamaian di Ukraina

Baca juga: Rusia sukses uji coba rudal strategis Sarmat

Penerjemah: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2022