Jakarta (ANTARA News) - Negara-negara ASEAN diharapkan dapat menjadi daerah tujuan investasi bagi investor global maupun regional di tengah-tengah lesunya perekonomian dunia terkait gejolak ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa.
Hal tersebut menjadi kesepakatan bersama dalam seminar Menteri Keuangan dan Investor se-ASEAN (ASEAN Finance Ministers Investor Seminar/AFMIS) 2011 di Jakarta, Selasa.
Dalam seminar tersebut hadir Menteri Keuangan maupun perwakilan dari Malaysia, Filipina, Myanmar, Singapura, Vietnam, Kamboja, Brunei Darussalam, dan Laos.
Namun, Menteri Keuangan Thailand, Thirachai Phuvanatnaranubala, berhalangan hadir akibat bencana banjir yang terjadi di Bangkok dalam beberapa hari terakhir.
Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, mengatakan ASEAN memiliki catatan pertumbuhan ekonomi baik dan menunjukkan dapat bertahan saat krisis global.
Ia menjelaskan potensi ASEAN saat ini untuk berkembang sangat besar dengan jumlah populasi sebesar 600 juta orang, daya beli meningkat, adanya peningkatan kelas menengah dan sumber daya alam melimpah.
"Dalam ketidakpastian global, seminar ini diharapkan menjadi kesempatan untuk mengundang investasi bagi investor regional dan global," ujarnya dalam jumpa pers.
Menkeu mengatakan dalam seminar juga dipaparkan mengenai rencana investasi dan kebijakan kepada para investor, serta memperkuat kesepahaman antar negara ASEAN untuk menjaga pertumbuhan regional dan melibatkan partisipasi lembaga multilateral serta komunitas pebisnis untuk turut serta dalam mendorong investasi di kawasan Asia Tenggara.
"ASEAN dapat menjadi salah satu kiblat investasi di antara negara multipolar dan kami akan memperbaiki kinerja agar pertumbuhan investasi di kawasan ini dapat lebih berkembang," ujarnya.
Direktur Pelaksana Bank Dunia, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan kesenjangan pembangunan sarana infrastruktur diantara negara ASEAN menjadi salah satu kendala untuk meningkatkan pertumbuhan regional dan konektivitas antar wilayah.
"Butuh pengembangan sarana infrastruktur terutama dalam bidang teknologi, transportasi, dan pelabuhan untuk meningkatkan pertumbuhan manufaktur serta mendorong nilai tambah," ujarnya.
Selain itu, kualitas sumber daya manusia di negara ASEAN masih belum memadai karena masih banyak tenaga kerja tidak terlatih di Thailand dan Malaysia, padahal sektor manufaktur banyak berkembang di wilayah tersebut.
"Pendidikan tinggi sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan skala kompetitif dalam jangka panjang yang tentunya didukung kebijakan jaminan kesehatan untuk keselamatan kerja serta sistem jaminan sosial yang lebih stabil," ujar mantan Menteri Keuangan Indonesia ini.
(T.S034/A027)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011