pasarannya sudah sampai di Irian, Pulau Jawa, Bali dan TorajaKendari (ANTARA) - Kelompok ibu-ibu dan perempuan di Desa Kulati, Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara mengembangkan usaha keripik ikan simba guna pengembangan ekonomi masyarakat daerah tersebut.
Ibu-ibu dan perempuan yang tergabung dalam Kelompok Padatimu To’asoki memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada di desa tersebut guna membangkitkan ekonomi serta upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Ketua Kelompok Padatimu To’asoki Yulianti Rahman di Wakatobi, Kamis, mengatakan mengembangkan usaha keripik ikan simba sebagai salah satu menghidupkan dan menggeliatkan ekonomi masyarakat desa sekaligus sebagai upaya mendukung pemanfaatan sumber daya laut yang bijak dan lestari.
"Ikan simba sebagai bahan dasar kerupuk ini merupakan salah satu jenis ikan yang paling banyak ditangkap oleh nelayan tradisional di Pulau Tomia," katanya.
Baca juga: Wamenparekraf dorong penciptaan ekosistem wirausaha untuk perempuan
Baca juga: Menkominfo: Perempuan pilar utama UMKM
Dia menyampaikan, kelompoknya yang terbentuk sejak tahun 2021 beranggotakan 12 orang ibu rumah tangga di Desa Kulati, didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan para anggotanya termasuk di sektor usaha perekonomian.
Ia menyampaikan, dengan harga terjangkau kisaran Rp15 ribu per kemasan seberat 50 gram, pemasaran keripik ikan simba ini menjangkau hingga di luar Sulawesi Tenggara di antaranya Sulawesi Selatan, hingga ke Jawa, Bali dan Papua.
"Kemarin kita jual Rp10 ribu, tapi karena sekarang mengingat harga bahan baku sudah naik akhirnya kita pasang harga Rp15 ribu. Pasarannya sudah sampai di Irian, Pulau Jawa, Bali dan Toraja," katanya.
Dia mengaku, sebagai kelompok pemula pihaknya sangat membutuhkan dukungan dan dari berbagai pihak sehingga usaha yang dijalankan bersama kelompoknya dapat maju dan berkembang.
Baca juga: Sri Mulyani sebut 60 persen PDB Indonesia bergantung pada perempuan
Dia menyampaikan, kelompoknya yang terbentuk sejak tahun 2021 beranggotakan 12 orang ibu rumah tangga di Desa Kulati, didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan para anggotanya termasuk di sektor usaha perekonomian.
Ia menyampaikan, dengan harga terjangkau kisaran Rp15 ribu per kemasan seberat 50 gram, pemasaran keripik ikan simba ini menjangkau hingga di luar Sulawesi Tenggara di antaranya Sulawesi Selatan, hingga ke Jawa, Bali dan Papua.
"Kemarin kita jual Rp10 ribu, tapi karena sekarang mengingat harga bahan baku sudah naik akhirnya kita pasang harga Rp15 ribu. Pasarannya sudah sampai di Irian, Pulau Jawa, Bali dan Toraja," katanya.
Dia mengaku, sebagai kelompok pemula pihaknya sangat membutuhkan dukungan dan dari berbagai pihak sehingga usaha yang dijalankan bersama kelompoknya dapat maju dan berkembang.
Baca juga: Sri Mulyani sebut 60 persen PDB Indonesia bergantung pada perempuan
Baca juga: Sandiaga soroti pentingnya penguasaan teknologi digital bagi perempuan
Kepala Desa Kulati La Ode Burhanuddin mengatakan bahwa kelompok Padatimu To’asoki merupakan binaan pemerintah desa bersama organisasi non pemerintah Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).
"Ibu-ibu ini adalah hasil kolaborasi kerja sama kami pemerintah Desa Kulati dengan NGO (non governmental organization) YKAN, Jasa Raharja yang kemudian baru-baru ini difasilitasi Wakatobi Sintate," katanya.
Dia mengaku bahwa pihaknya sangat mendukung apapun yang akan dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan kelompok yang ada di desa termasuk kelompok Padatimu To’asoki.
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Wakatobi, Balai Taman Nasional Wakatobi, Jasa Raharja dan Kelompok Ekowisata Desa Kulati Poassa Nuhada melakukan pendampingan pada kelompok Padatimu To’asoki dalam hal pengembangan serta perluasan pemasaran produk tersebut.
Baca juga: Grab PercayaProjeX bantu UMKM perempuan Rp1 miliar
Kepala Desa Kulati La Ode Burhanuddin mengatakan bahwa kelompok Padatimu To’asoki merupakan binaan pemerintah desa bersama organisasi non pemerintah Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).
"Ibu-ibu ini adalah hasil kolaborasi kerja sama kami pemerintah Desa Kulati dengan NGO (non governmental organization) YKAN, Jasa Raharja yang kemudian baru-baru ini difasilitasi Wakatobi Sintate," katanya.
Dia mengaku bahwa pihaknya sangat mendukung apapun yang akan dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan kelompok yang ada di desa termasuk kelompok Padatimu To’asoki.
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Wakatobi, Balai Taman Nasional Wakatobi, Jasa Raharja dan Kelompok Ekowisata Desa Kulati Poassa Nuhada melakukan pendampingan pada kelompok Padatimu To’asoki dalam hal pengembangan serta perluasan pemasaran produk tersebut.
Baca juga: Grab PercayaProjeX bantu UMKM perempuan Rp1 miliar
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022