Saat kita kembali ke rumah, ya harus menjadi seorang ibu
Jakarta (ANTARA) - Kamis sore itu, Komisaris Polisi Yunita Natalia Rungkat menyapa sejumlah pengunjung di Terminal Penumpang Nusantara, Pelabuhan Utama Tanjung Priok.
Para pengunjung ini kebetulan tidak memakai masker saat melakukan verifikasi pendaftaran mudik gratis Kementerian Perhubungan 2022.
Pengunjung tersebut kaget, tak menyangka wanita di depannya adalah Wakil Kepala Polres Pelabuhan Tanjung Priok.
"Bapak kenapa maskernya tidak dipakai, dipakai ya," kata Yunita ramah.
Sang pengunjung pun tersipu karena mungkin dalam benaknya, tidak menyangka bahwa dirinya ditegur baik-baik oleh seorang anggota Polisi Wanita (Polwan).
Kesan akan kehadiran seorang Polwan dengan jabatan Wakil Kepala Polres di Pelabuhan Tanjung Priok bagi pengunjung ini sepertinya pas dengan momentum peringatan setiap 21 April yang dikenal dengan Hari Kartini.
Kartini masa kini haruslah memberikan sisi positif dengan kehadirannya di tengah-tengah siapa pun, kata Yunita.
Tidak harus sombong bisa tampil lebih hebat dari laki-laki. Karena di Indonesia, kesempatan menjadi sosok Kartini yang memperjuangkan kesetaraan gender terbuka lebar.
Mereka yang memiliki semangat juang yang tinggi, memiliki kinerja yang baik, tentu akan diberikan peluang-peluang yang baik juga untuk menempati satu posisi, jabatan, pekerjaan yang baik, dengan kepercayaan yang baik juga.
Peluang Kartini
Jadi, peluang atau kesempatan itu sudah diberikan, tinggal bagaimana perempuan-perempuan di Indonesia itu menangkap kesempatan itu dan menunjukkan bahwa mereka mampu memberikan kontribusi yang sama dengan para kaum lelaki.
Tentunya ada usaha yang lebih besar, yang jauh lebih besar yang bisa wanita berikan dengan sisi keibuan yang lahiriah.
Baca juga: Hari Kartini, Srikandi Indonesia Re jadi contoh implementasi AKHLAK
Inilah tantangan yang besar bagi perempuan-perempuan Indonesia untuk menunjukkan bahwa mereka juga mampu berkarya, mampu menunjukkan kontribusi yang sama dengan kaum laki-laki, namun sisi keibuan tak boleh luntur.
Yunita, sejak kecil memang sudah bercita-cita sebagai menjadi seorang Polwan.
"Ini sudah cita-cita saya dari kecil," kata Yunita.
Usaha Yunita menggapai cita-cita itu tidak mudah. Karena latar belakang bukan dari kepolisian. Tidak ada satupun keluarga yang seorang anggota Polri.
"Ibu saya guru dan bapak saya seorang wiraswasta," kata Yunita dalam satu kesempatan kepada wartawan di Jakarta Utara.
Namun, saat duduk di bangku Sekolah Menengah Umum, Yunita aktif menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).
"Saya Paskibraka Sulawesi Tengah, Purna Paskibraka Indonesia Sulteng tahun 2003," kata Yunita.
Yunita mengaku sering digembleng oleh senior-seniornya agar lebih disiplin dan giat berlatih.
Yunita mengatakan senior-seniornya di Paskibraka juga banyak memberikan motivasi. Ada banyak juga yang berpendidikan dan bekerja di kepolisian.
Dari motivasi-motivasi yang diberikan seniornya, Yunita muda pun semakin memperkuat diri baik dari segi performa, fisik, kemudian dari karakter pribadi.
Baca juga: Sri Mulyani ajak perempuan tiru Kartini, jadi "game changer" perubahan
Dia bertekad harus masuk kepolisian, menjadi anggota Polri.
Yunita tekun berlatih selama menjadi anggota Paskibraka. Lari, "push up", "sit up", sudah menjadi makanan sehari-hari.
Hingga saat ini, Yunita pun menjabat sebagai Wakil Kepala Polres Pelabuhan Tanjung Priok.
Yunita menyadari bahwa ini merupakan amanah, kepercayaan dari pimpinan, dari institusi yang begitu besar, kepada dirinya.
"Terlebih khusus saya adalah seorang wanita," kata Yunita.
Saat ini, perempuan yang menjabat Wakil Kepala Polres baru ada di Pelabuhan Tanjung Priok saja.
Ini merupakan tantangan terbesar yang harus dia jawab dengan memberikan kinerja terbaik.
"Ini merupakan tantangan besar yang harus saya jawab dengan memberikan kinerja terbaik saya," kata Yunita.
Saat pertama-tama di kepolisian, Yunita mengaku sulit untuk keluar dari zona nyaman.
Tadinya dia hanya menjadi staf kantor, kemudian menguasai satu bidang fungsi tertentu.
Namun di penugasan berikutnya, Yunita terus belajar. Tidak pernah puas belajar.
Baca juga: LIPI: Perjuangan Kartini menginsipirasi dunia riset Indonesia
"Kurang lebih satu tahun, menuntut saya untuk bisa mempelajari di semua bidang fungsi kepolisian. Saya tidak mau tertinggal, saya terus belajar. Keseluruhan fungsi kepolisian ada di penugasan saya saat ini, baik di pembinaan maupun operasional," kata Yunita.
Jabatan sebagai Wakil Kepala Polres Pelabuhan Tanjung Priok sangat berkesan bagi Yunita.
Hal itu karena selain sebagai salah satu unsur pimpinan yang membantu Kapolres AKBP Putu Kholis Ariana, harus memastikan seluruh program dan tugas di Polres Pelabuhan Tanjung Priok dapat berjalan baik.
Yunita juga harus belajar dalam hal pembinaan polisi muda.
Ia harus mempelajari bagaimana berjalannya sidang disiplin, sidang kode etik, bagaimana mengurus keuangan, kelengkapan administrasi dan lain-lain.
"Sebelumnya saya lebih banyak di operasional. Saat ini keduanya (pembinaan dan operasional), saya harus mampu menguasai. Sangat menarik penugasan saat ini," kata Yunita.
Fisik, kemudian mental kepribadian dan akademis, ini tiga aspek yang dinilai dalam menjadi seorang anggota Polri.
Kemudian disiplin yang tinggi yang sudah diterapkan sejak menjadi anggota Paskibraka, membuatnya menjadi tidak begitu sulit menjalani seluruh proses pembelajaran sebagai polisi dengan bersemangat.
Membagi waktu
Bertugas sebagai seorang Polisi Wanita di Ibu Kota Jakarta tentunya memiliki tantangan yang berbeda dari daerah yang lain karena kompleksitas permasalahan, tantangan, betul-betul kompleks di Jakarta.
Begitu juga dengan Yunita, sebagai seorang yang sudah berkeluarga sudah mempunyai seorang putra, sebagai seorang ibu juga seorang Polwan, kemampuan manajemen waktu adalah yang paling utama.
Baca juga: Ketua DPD RI: Semangat Kartini harus tetap menyala meski pandemi
Bagaimana membagi peran sebagai seorang ibu saat berada di rumah, sebagai seorang istri pada saat di rumah dan juga sebagai seorang anggota Polri saat berada di kantor.
Sistem dukungan dari keluarga tentu juga sangat diperlukan.
Keluarga yang selalu siaga membantu agar sang ibu di rumah tidak keteteran menghadapi tugas-tugasnya saat harus membagi perannya di luar rumah dengan baik.
Kemudian, ada saat-saat tertentu seorang ibu dituntut harus bisa mengontrol diri. Contohnya saat pulang ke rumah, jangan sampai membawa-bawa persoalan yang ada di kantor.
"Jangan dibawa, jangan kemudian memengaruhi mental dan psikologis kita. Saat kita kembali ke rumah, ya harus menjadi seorang ibu," kata Yunita.
Selain mengontrol diri, tugas mendidik anak di rumah tidak boleh lupa. Misalnya besok ada ujian, Yunita selalu menyempatkan diri menanyakan apakah sang putra sudah belajar atau belum di rumah.
"'Review' sebentar 5-10 menit, 'video call' atau telepon, menanyakan bagaimana kondisi anak. Hari ini makan apa, senang atau tidak belajar di kelasnya," kata Yunita
Metodenya adalah membiarkan anak bercerita dan mengharapkan kehadiran ibunya di rumah sebagai jawaban emas.
Jadi, walaupun tidak intens karena waktu ibu banyak tidak di rumah. Tapi saat sedang di rumah, anak tetap merasakan senang saat ibunya pulang.
Baca juga: Spirit Kartini untuk kemandirian ekonomi perempuan masa kini
Yunita menitip pesan kepada perempuan-perempuan di Indonesia, khususnya Polwan RI agar tetap berkarya, terus menambah pengetahuan, terus mengembangkan diri, jangan dulu berpuas diri dengan pencapaian saat ini.
Hal itu agar bisa bermanfaat dimana pun berada serta tidak cengeng saat ditempatkan dimana saja,
"Seorang perempuan harus siap melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Percayalah saat kita berhasil mengerjakan tugas-tugas yang kecil, kita akan dipercayakan melakukan tugas-tugas yang lebih besar," kata Yunita.
Akhirnya, agaknya kita bersepakat untuk berujar "Maju terus wanita Indonesia, maju terus Polwan Republik Indonesia, Selamat Hari Kartini"
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022