Ortega meraih 62,7 prsen dari suara yang telah dihitung dari 86 tempat pemungutan suara dalam pemilihan presiden. Angka ini lebih besar dua kali lipat dari suara yang diperoleh persaing terdekatnya, Fabio Gadea.
Para pendukung Ortega tumpah ruah di jalan-jalan Managua untuk merayakan kemenanangannya.
Saya gembira... saya kira rakyat percaya, mereka mendukung program-program sosial, mendukung masa depan, membantu penduduk miskin," kata pengacara Silvia Calderon, 54 tahun.
Gadea menolak menerima hasil-hasil itu dan menuduh Ortega melakukan kecurangan dalam pemilihan itu, tetapi para pengawas internasional mengatakan ketidakberesan dalam pemilu itu tidak akan mengubah hasil akhir.
Kemenangan besar itu adalah satu kemenangan pribadi bagi seorang yang lama menjadi tokoh pemecah belah -- populer dikalangan para pendukung partai Sandinista tetapi tidak dipercaya oleh banyak orang dan dipandang rendah para pemimpin bisnis karena ekonomi yang kacau selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden tahun 1980-an.
Ortega, 65 tahun, melonggarkan sejumlah kebijakan sosialisnya sejak memenangkan kembali jabatan presiden lima tahun lalu dan ia mendapat pujian karena mengizinkan para pengusaha swasta bekerja tanpa gangguan bahkan ia mendukung kebijakan anti-kemiskinan.
Mendapat bantuan keuangan dari Presiden Venezuela Hugo Chavez,Ortega memberikan bantuan dana untuk program-program kesehatan dan pendidikan, memberikan pinjaman modal kepada pengusaha kecil dan memberikan bantuan kepada para petani.
Kebijakan itu mendapat dukungan luas terutama dari para petani Nikaragua,yang menjadi medan tempur Perang Dingin pada tahun 1980-an ketika pemeritnah kiri Sandisita yang dipimpin Ortega berperang melawan pemberontak Contra yang didukung AS.
Ortega adalah seorang pemimpin revolusi Sandinsta yang menggulingkan diktator yang kejam keluarga Somoza tahun 1979.
Presiden AS Ronald Reagan menganggap Sandinista sebagai satu ancaman dan mendukung pemberontak berhaluan kanan yang dikenal sebagai Contras dalam perang saudara 10 tahun yang menewaskan sekitar 30.000 orang dan nenghancurkan ekonomi negara itu.
Ortega dipilih menjadi presiden tahun 1984 pada saat perang memuncak tetapi tidak ikut dalam pemilihan sejak tahun 1990 selama 16 tahun menjadi oposisi sebelum kembali berkuasa. Ia terpilih kembali sebagai presiden tahun 2006.
Dalam satu pemilihan presiden lainnya di Guatemala, para pemilih memilih veteran Perang Dingin,Ahad dari pihak lain yang memiliki ideologi berbeda, mantan jendral sayap kanan Otto Perez.
Sejak menang dalam pemilihan tahun 2006 dengan hanya meraih 38 persen suara Ortega melaksanakan perbaikan ekonomi dan memperkuat kekuasaannya atas Nikaragua. Sekitar 57 persen rakyatnya kini hidup di bawah garis kemiskinan,turun dari 65,5 persen tahun 2005,kata statistik-statistik pemerintah dan Bank Dunia.
(H-RN/H-AK)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011