Penentangan Partai Republik yang hampir menyeluruh terhadap prioritas-prioritas Demokrat, termasuk aturan tentang senjata api, telah melumpuhkan sebuah partai dengan mayoritas tipis di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Senat, kata ABC.
New York (ANTARA) - Partai Demokrat Amerika Serikat (AS) telah bertahun-tahun berjanji untuk mengatasi kekerasan senjata api yang menjangkiti masyarakat di seluruh negara itu. Namun, gelombang penembakan massal selama akhir pekan yang menyebabkan puluhan orang terluka dan dua orang tewas menjadi pengingat betapa minimnya pencapaian yang mereka raih sejak mengambil alih Washington 15 bulan lalu, lapor ABC pada Selasa (19/4).
"Perjuangan pemerintahan Biden dan Partai Demokrat di Kongres untuk memberlakukan undang-undang yang berarti guna meningkatkan keamanan senjata api mencerminkan bagaimana agenda ambisius partai itu telah terhambat oleh pertentangan internal, pandemi yang tak kunjung usai, dan perang di Ukraina," demikian menurut sebuah laporan.
Penentangan Partai Republik yang hampir menyeluruh terhadap prioritas-prioritas Demokrat, termasuk aturan tentang senjata api, telah melumpuhkan sebuah partai dengan mayoritas tipis di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Senat, menurut lembaga penyiaran nasional tersebut.
"Dalam tahun pemilihan yang sudah sulit, kelambanan itu mengancam akan semakin melemahkan koalisi yang diisi oleh kalangan muda, kaum perempuan, pemilih kulit berwarna, dan golongan independen yang telah membantu mengantarkan Joe Biden ke kursi presiden pada 2020 lalu dan yang akan dibutuhkan lagi jika Demokrat ingin memegang kendali Kongres," sebut laporan itu.
Sementara itu, semakin banyak warga Amerika yang tewas akibat luka terkait senjata api dibandingkan sebelumnya. Pada 2020, tahun terakhir yang data federalnya tersedia, sebanyak 19.384 orang tewas dalam kasus pembunuhan terkait senjata api. Angka itu menunjukkan peningkatan 35 persen dari tahun sebelumnya serta lonjakan satu tahun terbesar dalam kasus pembunuhan terkait senjata api yang pernah dicatat, tambah laporan tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022