Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanuddin Abdullah memperkirakan perkembangan nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2006 akan mengalami penguatan secara gradual.
"Hal ini bisa terjadi seiring dengan perbaikan di lalu lintas modal swasta, membaiknya premi risiko dan berakhirnya siklus pengetatan moneter global," kata Burhanuddin dalam raker dengan Komisi XI DPR, di Jakarta, Senin.
Dijelaskannya sumber pasokan valas, khususnya dari investasi asing langsung, diperkirakan membaik, sehingga akan menurunkan volatilitas nilai tukar rupiah dibandingkan tahun 2005.
Seiring dengan menguatnya nilai tukar rupiah, tekanan terhadap inflasi Indeks harga konsumen (IHK) diperkirakan akan semakin berkurang dan mencapai 7 - 9 persen (tahun ke tahun) pada akhir 2006.
Sementara pertumbuhan ekonomi 2006 diperkirakan tumbuh dalam kisaran 5 - 5,7 persen atau lebih rendah dari perkiraan pemerintah dalam APBN 2006 sebesar 6,2 persen.
Perkiraan laju inflasi IHK tersebut, didasarkan pada beberapa asumsi, seperti kenaikan TDL maksimal 30 persen, terjaganya pasokan dan distribusi barang, nilai tukar rupiah yang stabil dan adanya perbaikan ekspektasi inflasi.
Menurut Burhanuddin, walaupun secara umum perekonomian mengalami
perbaikan, namun perlu diwaspadai beberapa faktor risiko dan ketidakpastian yang dapat mengganggu kestabilan ekonomi dan moneter, seperti gejolak perekonomian dunia dan kemampuan perekonomian Indonesia dalam meredam dampak buruk yang ditimbulkan.
Berbagai faktor risiko itu antara lain ketidakpastian harga minyak dunia terkait dengan potensi meningkatnya ketidakstabilan politik dan keamanan di wilayah Timur Tengah. (*)
Copyright © ANTARA 2006