Peraih Piala Citra untuk aktris terbaik lewat film "Yuni" ini juga ingin terus menyuarakan agar kian banyak orang memahami bahwa kecantikan tak melulu terpaku pada stereotipe tertentu, bahwa cantik identik dengan kulit putih dan rambut lurus.
"Kecantikan adalah hal yang unik, otentik dan orisinal," kata Arawinda dalam acara di Jakarta, Senin (18/4).
Apa yang disuarakan soal standard kecantikan yang beredar di tengah masyarakat selama ini terkait dengan pengalamannya sendiri. Arawinda lahir dengan kulit gelap dan rambut keriting, tidak termasuk "standard" cantik bagi sebagian orang.
Sebelum memenangi penghargaan aktris terbaik di Asian World Film Festival, Red Sea International Film Festival dan Pestival Film Indonesia, tak mudah bagi Arawinda untuk lolos kasting. Dibandingkan industri hiburan saat ini yang relatif lebih beragam, Arawinda menuturkan sekitar lima tahun lalu keberagaman itu belum sebanyak sekarang, termasuk representasi kecantikan yang beragam.
"Dulu saya suka tidak diterima kasting, tapi sekarang sudah mulai banyak pergerakan representasi bahwa semua tekstur rambut dan warna kulit punya kecantikan masing-masing," ujar dia.
Baca juga: Arawinda Kirana: Film jadi medium tambahan untuk suarakan isu gender
Kali pertama mendapat kesempatan sebagai pemeran utama dalam "Yuni", film arahan sutradara Kamila Andini, namanya langsung meroket seiring bertambahnya prestasi "Yuni" di kancah internasional.
Pemilik nama lengkap Sri Arawinda Kirana Rustandi ini juga aktif menyuarakan kecantikan adalah hal yang unik dan berbeda untuk setiap individu lewat media sosial. Unggahan-unggahan tersebut, kata Ara, mendapat respons yang positif.
"Ternyata orang suka dengan keunikan dan identitas individual kita," kata Arawinda yang aktif di teater dan mendalami tari Bali sejak kecil.
Aktris kelahiran 27 September 2001 ini menuturkan, penghargaan yang datang dari debutnya sebagai pemeran utama di layar lebar adalah salah satu pencapaian tertinggi. Tapi dia tak berpuas hati. Arawinda ingin ikut berperan membantu membuat industri jadi lebih beragam dan membuka jalan lebih lebar bagi semua orang.
Meski mendapat banyak pujian dari aktingnya sebagai remaja berprestasi yang menghadapi tekanan masyarakat, Arawinda mengungkapkan mimpi utamanya adalah berada di belakang kamera, yakni sebagai sutradara atau sinematografer.
"Sebenarnya hati saya itu ada di membuat cerita, membuat visual naratif, menyuarakan mereka yang merasa tidak punya suara," ujar aktris yang aktif berorganisasi di sekolah.
Ambisinya ingin dicapai lewat pendidikan film yang akan digelutinya di luar negeri pada September mendatang.
Baca juga: Pengalaman dirundung tumbuhkan semangat Arawinda jadi aktivis
Baca juga: Cerita Arawinda saat hadiri Red Sea Film Festival di Arab Saudi
Baca juga: Arawinda Kirana bawa pulang penghargaan Red Sea Film Festival
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022