Sukadana, Lampung (ANTARA News) - Kondisi hutan di Taman Nasional Way Kambas Lampung kembali pulih seiring dengan adanya curah hujan yang berlangsung sejak beberapa pekan terakhir meskipun intensitasnya masih rendah.
"Kondisi hutan sudah kembali basah dan ancaman kebakaran sudah berkurang karena sebelumnya kering dan gersang," kata Kepala Bagian Humas Taman Nasional Way Kambas, Sukatmoko, di Sukadana.
Ia mengatakan, daun-daun tumbuhan di hutan kembali bersemi dan cukup lembab sehingga jika ada titik api tidak mudah menjalar di hutan tersebut seperti saat kemarau bulan lalu yang membuat taman nasional itu kerap terbakar.
Kemudian, katanya, hal ini juga membantu mencegah konflik gajah dengan manusia karena kawanan gajah sudah dapat mencari makan di dalam hutan tanpa harus masuk dan merusak tanaman pertanian warga yang berbatasan dengan taman nasional itu.
Ia juga mengatakan, ketersediaan embung-embung air untuk persediaan ari minum di dalam hutan mulai terisi hingga satwa liar tidak akan kesulitan mendapatkan air.
"Dengan curah hujan ini membuat kawasan hutan kembali pulih dan kelestarian keanekaragaman satwa liar yang bernaung di dalamnya terjaga dengan baik," katanya.
Ia kembali menerangkan, sebenarnya salah satu faktor yang dapat menekan konflik gajah dengan penduduk di enam kecamatan penyangga, yakni dengan menanam tanaman semusim di daerah perbatasan.
Petani di daerah penyangga lebih menyukai menanam tanaman yang paling disukai oleh kawanan gajah, seperti jagung, singkong, padi darat dan tanaman lain sehingga menarik perhatian gajah untuk memasuki lahan tersebut.
"Kawanan gajah meski dihalau akan kembali lagi karena melihat ketersediaan makanan dalam jumlah besar untuk dikonsumsi dan tidak perlu mencari seperti di dalam hutan," katanya.
Karena itu, dia mengimbau, petani lebih baik mengubah pola tanam dengan menanam tanaman perkebunan atau tanaman semusim yang tidak disukai oleh kawanan satwa liar termasuk gajah.
Ia menambahkan, telah membentuk Pam Swakarya untuk membantu mencegah konflik gajah dengan manusia, yang terdiri dari penduduk di enam kecamatan penyangga, seperti Labuhanratu, Sukadana, Purbolinggo, Waybungur, Wayjepara dan Brajaselebah.
Berdasarkan data luas TNWK mencapai 125.621,3 hektare (ha) dengan enam kecamatan penyangga dan di dalamnya terdapat pusat konservasi gajah. (ANT/048/S023)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011