Jakarta (ANTARA News) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim mengatakan, dana untuk penelitian di Indonesia masih meprihatinkan.
Rasio peningkatan dana untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia dibandingkan dengan peningkatan APBN semakin menurun, katanya di Jakarta, Senin.
"Kita masih memprihantinkan dalam soal dana, saat ini masih di urutan dasar. Berdasarkan catatan kita, bila sejak 40 tahun lalu APBN naik 4000 kali, anggaran untuk riset ilmu pengetahuan dan teknologi hanya naik 400 kali," katanya.
Menurut dia, anggaran untuk Iptek juga semakin menurun terutama terasa dalam sepuluh tahun terakhir. Menurut dia, pada tahun 1980 an, saat BJ Habibie menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, Indonesia pernah mengalokasikan lebih dari satu persen APBNnya untuk riset dan teknologi.
Namun hal itu tidak berlangsung lama seiring dengan perkembangan politik. Saat ini, rasio dengan APBN hanya 0,08 persen.
Ia menambahkan dari dana yang dialokasikan pemerintah ke LIPI sebesar Rp670 miliar, 40 persen digunakan untuk kegiatan riset dan teknologi, sementara 60 persennya untuk anggaran rutin.
Sementara itu, total dana untuk anggaran riset ilmu pengetahun dan teknologi di Indonesia hanya 0,03 persen dari produk domestik bruto Indonesia yang diperkirakan mencapai Rp6.300 triliun (700 miliar dolar AS), atau terbesar ke 16 di dunia.
Padahal kebutuhan untuk pengembangan agar dapat memacu ekonomi menjadi efektif dan efisien idealnya minimal dana satu persen dari PDB. Dari angka tersebut, menurut dia, Indonesia berada diperingkat bawah dunia untuk riset dan teknologi.
Di negara-negara berkembang lainnya, seperti China telah mengalokasikan lebih dari satu persen dan menargetkan dua persen dari PDB. Bahkan telah melampaui Jepang dalam investasi untuk riset dan teknologi menjadi nomer dua di bawah Amerika.
Begitupula dengan Korea, yang mencapai tiga persen investasi untuk riset ilmu pengetahuan dan teknologi dan akan meningkatkan menjadi empat persen. "Padahal korea ini ditahun 70an sama dengan kita," katanya.
Selain itu, juga negara-negara berkembang lainnya seperti Brasil dan India yang juga sangat mendukung pertumbuhan investasi untuk riset dan pengembangan ilmupengetahuan dan teknologinya.
Ia menambahkan, Indonesia saat ini masih menjadi `the sleeping giant` (raksasa tidur), meski kita telah masuk dalam 16 besar PDB di dunia. Bahkan diperkirakan 25 tahun mendatang, PDB Indonesia masuk sepuluh besar kekuatan ekonomi dunia.
Menurut dia, tanpa diikuti dengan peningkatan riset dan teknologi, pertumbuhan ekonomi hanya akan mengandalkan pengerukan sumber daya alam.(M041/F002)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011