sebagai aktivis akan terus mempertahankan buruh-buruh ini supaya tetap bisa bekerja
Jakarta (ANTARA) - Presiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Elly Rosita Silaban mengatakan respon yang diberikan buruh terhadap pandemi COVID-19 menjadi salah satu tantangan yang menyebabkan produktivitas dan kualitas pekerja sulit meningkat.
“Untuk membalikkan kondisi ekonomi seperti sebelum COVID-19, tidak bisa secepat yang kita harapkan. Kita melihat ada beberapa tantangan yang dihadapi misalnya ada perubahan-perubahan perilaku (pekerja) yang dengan sendirinya tercipta,” kata Elly dalam Webinar Diskusi Tripartit: Strategi Pemulihan Inklusif di Masa Pandemi COVID-19 yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Elly menuturkan di tengah banyaknya tenaga kerja yang menjadi pengangguran akibat kehilangan pekerjaan saat pandemi COVID-19, banyak di antara para pekerja yang tidak ingin bekerja di sektor berbeda.
Sebagai contoh, Elly menggambarkan pekerja yang terkena PHK dan pernah bekerja di pabrik garmen sepatu sebelumnya, lebih memilih untuk tetap menjahit sepatu dibandingkan dengan pindah ke sektor lain yang menyediakan pekerjaan lain seperti mengetik menggunakan komputer.
Baca juga: Pengamat apresiasi sineas produktif meski di tengah pandemi
Baca juga: Wapres mengimbau terus tingkatkan produktivitas meski masih pandemi
Menurut Elly, sikap pekerja yang seringkali menyalahkan pembuat kebijakan atas sebuah kondisi yang terjadi di dalam masyarakat akibat kurangnya membaca atau mencari informasi lebih mendalam juga menyebabkan penolakan-penolakan yang akhirnya membuat ekonomi baru yang hijau dan adil tidak mudah untuk diwujudkan.
Padahal, dalam dunia kerja masih dapat ditemukan perbedaan akses yang dimiliki pada pekerja perempuan dan laki-laki terhadap bantuan-bantuan sosial tertentu. Di tambah dengan adanya masalah ketidaksetaraan dan diskriminasi di tempat kerja yang masih menjadi polemik di lapangan.
Ekonomi baru yang hijau dan adil, kata Elly, juga sulit terwujud karena hadirnya tantangan baru selama pandemi yakni hadirnya pasar baru yang menyediakan lapangan pekerjaan, sehingga pasar atau sektor lain ditinggalkan oleh para pekerja.
Baca juga: Kemenperin jaga produktivitas industri mamin, sektor kritikal pandemi
Baca juga: Gubernur Lampung gerakkan produktivitas tani di masa pandemi COVID-19
Elly mengaku menyayangkan terjadinya hal tersebut, di saat pemerintah sudah banyak berusaha mendekatkan diri kepada para pekerja dan pengusaha melalui diadakannya dialog sosial terbuka untuk mencari solusi masalah sekaligus adanya banyak penyediaan Balai Latihan Kerja (BLK).
Para aktivis juga ikut membantu lapangan kerja tetap tersedia lewat pemanfaatan platform digital, yang hingga kini memperjuangkan perlindungan setiap pekerjanya.
Dengan demikian, Elly mengatakan dibutuhkan transformasi ekonomi yang lebih dalam dan berskala dalam menghadapi permasalahan para pekerja saat sebuah wabah menyerang suatu negara.
“Kami sebagai aktivis akan terus mempertahankan buruh-buruh ini supaya tetap bisa bekerja. Tapi kami melihat juga kepentingan para pengusaha, apa yang bisa kita sumbangkan supaya mereka bisa bertahan sehingga mereka tidak kehilangan pekerjaan,” ujar Elly.
Baca juga: Wapres sebut produktivitas jadi tantangan di era normal baru
Baca juga: Kemenkeu: Teknologi digitalisasi dongkrak produktivitas saat pandemi
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022