Pacitan (ANTARA News) - Museum purbakala Buwono Keling yang berlokasi di Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur kondisinya rusak parah akibat pelapukan di sejumlah bagian bangunan.

"Memang kondisinya (bangunan) sudah tua sementara perawatannya kurang, di sana sini pada bocor," tutur penjaga museum bernama Slamet, Minggu.

Kondisi museum secara keseluruhan memang memprihatinkan. Selain selalu terjadi kebocoran saat turun hujan, beberapa bagian atap museum yang terbuat dari kayu terlihat ambrol.

Selain itu, sejumlah kayu pada bagian peneduh itu keropos dan mulai terlepas. Rusaknya atap berimbas pada bagian dalam gedung, tepat di bawah titik kerusakan, dimana bekas-bekas rembesan air terlihat jelas di dinding yang berwarna kecoklatan serta berjamur.

Demikian pula dengan bagian plafon, rusak dan nyaris ambrol karena terlalu sering kena air.

"Kalau dibiarkan terus (tidak segera diperbaiki), kami khawatir berdampak pada koleksi benda purbakala yang ada di dalamnya," katanya.

Dikonfirmasi mengenai hal ini, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Pacitan, M Fathoni mengakui kerusakan pada kondisi fisik bangunan museum Buwono Keling.

Namun, ia berdalih bahwa pihak disbudparpora tengah melakukan inventarisasi kerusakan tersebut.

"Kami telah menggandeng arsitek untuk melakukan perbaikan, tapi pelaksanaannya memang tidak dalam waktu dekat," ujarnya.

Fathoni mengatakan, biaya perbaikan sekaligus renovasi gedung museum bersejarah tersebut diperkirakan cukup besar.

Namun karena anggaran daerah sangat terbatas, maka rehab diusulkan ke provinsi dan pusat, yaitu melalui Dirjen Sejarah dan Purbakala di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Sejak didirikan tahun 1995, gedung museum purbakala Buwono Keling hingga saat ini memang belum sekalipun dilakukan renovasi.

Padahal, di dalam museum itu tersimpan sejumlah benda-benda peninggalan prasejarah, seperti kapak genggam, kapak perimbas, mata panah yang berasal dari situs-situs di sekitar museum mulai zaman paleolitikum, mesolitikum, dan neolitikum. (ANT-130/Z003)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011