Kalianda, Lampung (ANTARA News) - Petugas pemantau menyatakan aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda masih stagnan pada 2.000-an kali dalam sehari.
"Aktivitasnya memang cendrung stagnan dalam beberapa hari ini, tidak ada letusan dan erupsi vulkanik," kata petugas pemantau gunung GAK, Hamdani, di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, Minggu malam.
Ia mengatakan, aktivitas kegempaan diperkirakan akan terus menurun menurun dalam beberapa ke depan namun tetap berpotensi naik setiap waktu karena sudah menjadi rutinitas gunung itu setiap tahun.
"Kegempaan saat ini antara dua sampai tiga kali dalam semenit seperti sebelumnya," katanya.
Kemudian, meskipun GAK mengeluarkan material vulkanik, namun hanya jatuh di sekitar badan gunung itu, sesuai dengan tipe gunung itu yang selalu memperbesar diri dengan muntahan material vulkanik untuk membentuk kubah baru.
"Statusnya masih tetap siaga dengan radius aman sekitar dua sampai tiga kilometer dari badan gunung," terangnya.
Namun, sampai saat ini, gunung tersebut belum menunjukan tanda-tanda akan erupsi atau meletus justeru kegempaan relatif menurun dibandingkan sebelumnya.
"GAK masih suit terpantau dengan visual mata karena tertutup kabut sepanjang hari, meskipuntampak hanya samar-samar," katanya.
Sementara itu kepala pos pemantau setempat, sampai saat ini nelayan tetap melaut di sekitar gunung itu setiap malam hari yang tampak dari lampu-lampu kapal mereka.
Ia menerangkan, menurut para nelayan saat aktivitas GAK meningkat seperti ini membuat populasi ikan tangkapan di perairan sekitarnya lebih banyak sehingga nelayan banyak yang melaut di sekitar gunung itu.
"Mungkin suhu gunung lebih hangat dan disukai oleh jenis-jenis ikan tertentu," katanya memperkirakan.
Andi mengatakan, secara umum aktivitas gunung tersebut menurun, namun bisa naik secara mendadak karena aktivitasnya cenderung fluktuatif sepanjang tahun.
Ia menambahkan, warga sekitarnya juga tidak khawatir dengan keberadaan gunung itu meski aktivitasnya tinggi. (ANT-048/Y006)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011