Taipeh (ANTARA News) - Awak sebuah kapal nelayan Taiwan melawan perompak bersenjata Somalia untuk merebut kembali kapal mereka yang dibajak di lepas pantai Afrika Timur, kata pihak bewenang Taiwan, Minggu.
Kapal Chin Yi Wen berbobot 290 ton dengan awak 28 orang yang mencakup sembilan warga China, delapan Filipina, enam Indonesia dan lima Vietnam kehilangan kontak sejak Jumat, kata kementerian luar negeri.
Namun, awak berhasil mengatasi enam perompak bersenjata dan menguasai lagi kapal mereka.
"Seingat saya, baru kali ini para pelaut dari sebuah kapal nelayan yang dibajak perompak Somalia berhasil membebaskan diri mereka sendiri," kata Tsay Tzu-yaw, juru bicara Badan Perikanan Taiwan, kepada AFP.
Perompak-perompak Somalia itu jatuh ke laut, kata Tsay, mengutip perusahaan pemilik kapal nelayan itu, dan rincian mengenai perlawanan awak dan nasib keenam perompak masih belum jelas.
Tsay menambahkan, tiga pelaut mengalami luka-luka ringan dan kapal itu kini menuju perairan Seychelles.
Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.
Menurut Ecoterra International, organisasi yang mengawasi kegiatan maritim di kawasan itu, sedikitnya 47 kapal asing dan lebih dari 500 pelaut hingga kini masih ditahan oleh perompak.
Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.
Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar.
Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.
Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.
Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011