Jakarta (ANTARA News) - Ekonom DBS Group Singapura, Eugene Leow memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal ketiga 2011 tidak terpengaruh badai eksternal sehingga akan mencapai sebesar 6,7 persen (secara tahunan) dan 1,7 persen dibanding kuartal sebelumnya.
"Pertumbuhan sebesar 6,7 persen (secara tahunan/YoY) dan 1,7 persen (dibanding kuartal sebelumnya/QoQ) sudah kami prediksikan seiring dengan stabilnya pertumbuhan ekonomi domestik," sebut Eugene Leow dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Menurut ekonom dan peneliti masalah ekonomi Indonesia dan Filipina itu, melambatnya ekonomi global diperkirakan tidak akan berpengaruh pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di kuartal ketiga 2011. Secara keseluruhan PDB Indonesia pada 2011 akan mencapai 6,4 persen, dan pada 2012 diperkirakan mencapai 6,1 persen.
Ketika prospek ekonomi negara-negara yang berorientasi ekspor di Asia kian memburuk setelah krisis utang Zona Eropa yang berkepanjangan, menurut dia, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan.
Kepercayaan konsumen (seperti yang dilaporkan hasil survei Bank Indonesia/BI) telah berangsur-angsur naik selama beberapa kuartal dan mencetak rekor tertinggi sebesar 116,7 pada Oktober 2011. Hal itu sangat penting mengingat ada ketidakstabilan pasar selama September 2011.
Selain itu, penjualan ritel meningkat 25,1 persen (YoY) dan 20 persen (QoQ) pada kuartal ketiga 2011. Hal itu menegaskan adanya faktor ketahanan konsumen domestik.
Masih cerah
Menurut Eugene, prospek enam bulan ke depan masih cerah karena Indonesia terus menikmati periode pertumbuhan yang tinggi dan inflasi yang rendah secara berkelanjutan.
Kondisi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang cenderung turun dalam beberapa bulan mendatang (titik terendah diperkirakan mendekati 4,0 persen di kuartal pertama 2012), juga merupakan suatu kondisi yang kondusif bagi konsumen untuk terus berbelanja.
Momentum pertumbuhan untuk pembentukan modal tetap bruto (PMTB) kemungkinan juga akan bertahan, meskipun kemungkinan ada sentimen mengalami penurunan pada September. Dampak pada ekonomi riil seharusnya terbatas, menyusul intervensi agresif yang dilakukan BI.
Selama waktu tersebut, pelemahan rupiah tertahan dan pendapatan obligasi sangat stabil, yang memberikan kepercayaan bagi bisnis dan konsumen. Insentif pajak yang diperkenalkan pada Agustus 2011 seharusnya juga turut mendorong pertumbuhan PMTB.
Namun Eugene mengingatkan bahwa ke depan ada kemungkinan dampak buruk krisis Eropa terhadap perekonomian Asia Tenggara termasuk Indonesia. Dengan adanya pertaruhan keanggotaan Yunani di Uni Eropa,
sentimen ini dapat mengakibatkan arus keluar modal di pasar modal lebih lanjut di seluruh Asia termasuk Indonesia.
"Jika hal ini terjadi, ada kemungkinan terjadi ketidakstabilan di pasar keuangan Indonesia, sekalipun BI melakukan intervensi untuk menstabilkan rupiah dan atau pasar obligasi. Jika sentimen global memburuk dalam satu hingga dua bulan ke depan, kami memperkirakan bahwa pertumbuhan PMTB akan terpengaruh pada semester pertama 2012, yang berdampak pada penurunan proyeksi PDB 2012 kami," sebut Eugene.
Eugene Leow adalah ekonom dari DBS Bank di Singapura. Dia bergabung dengan DBS pada Juni 2011 dan saat ini mengkhususkan diri pada ekonomi Indonesia dan Filipina.
Dalam lembaga penelitian tempat dia bekerja sebelumnya, Eugene adalah seorang analis untuk berbagai topik ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Ia memiliki pengalaman mencakup berbagai hal terkait pasar keuangan termasuk ekuitas, pendapatan tetap, dan valas. Eugene lulus dari Singapore Management University dengan gelar Bachelor of Science (Ekonomi) dan jurusan Keuangan.
Sementara PT Bank DBS Indonesia berdiri sejak 1997 dan telah berkembang dari semula hanya tiga kantor cabang di tahun 2004 menjadi 40 kantor cabang dan kantor cabang pembantu di 11 kota utama di Indonesia (Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Pekanbaru, Palembang, Makassar, Pontianak, Samarinda). (T.A039/A011)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011