Bengkulu (ANTARA News) - Peneliti raflesia dari Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Agus Susatya mengatakan bahwa di Provinsi Bengkulu masih dapat ditemui empat jenis flora langka raflesia.
"Saat ini masih dapat ditemui empat jenis raflesia di hutan Bengkulu, tapi kondisinya terancam dengan aktivitas perambahan hutan," katanya di Bengkulu, Sabtu.
Ia mengatakan hal itu disela-sela aksi simpatik puluhan anggota Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu di Simpang Lima Kota Bengkulu, memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 5 November.
Empat jenis raflesia yang hidup di hutan Bengkulu tersebut yakni Raflesia arnoldii, Raflesia gadutensis, Raflesia hasselti dan Raflesia bengkuluensis.
"Keempat jenis raflesia ini masih bisa ditemui di hutan Bengkulu, otomatis kelestariannya sangat tergantung dengan perlindungan terhadap kawasan hutan Bengkulu yang terancam alih fungsi," kata penemu raflesia jenis bengkuluensis ini.
Agus mengatakan dalam lima tahun terakhir, flora langka tersebut semakin sulit ditemui di hutan Bengkulu dan Sumatera akibat habitat dan inangnya makin sulit didapat.
Menurutnya, raflesia yang mekar di dalam kawasan hutan semakin sulit ditemui seiring maraknya aksi penebangan liar dan perambahan hutan menjadi perkebunan secara liar.
"Hutan Lindung Rindu Hati di Kabupaten Kepahiang salah satu habitat rafflesia semakin rusak dimana hampir 50 persen kawasan sudah ditanami kopi dan tidak ada tindakan konkrit dari pemerintah untuk mengatasi ini," katanya menjelaskan.
Bunga rafflesia spp, menurut dia, memang tidak mendapat perhatian sebesar fauna langka harimau sumatera (Phantera tigris sumatrae) yang statusnya juga terancam punah.
"Kalau harimau yang mati itu pasti heboh, tapi kalau habitat rafflesia spp yang terus menyempit itu tidak ada yang respon," ujarnya.
Dukungan pemerintah terhadap pelestarian dengan mengalokasikan anggaran untuk penelitian flora tersebut juga sangat minim.
Sementara negara Filippina dalam lima tahun terakhir sudah berhasil menemukan lima jenis baru rafflesia spp dan mengklaim sebagai pusat penyebaran puspa langka itu.
Padahal kata dia, dari 25 jenis rafflesia spp yang ada di dunia, sebanyak 14 jenis berada di Indonesia dan 11 diantaranya berada di Pulau Sumatera.
Penelitian terhadap Raflesia kata dia juga belum mendapat porsi yang layak di kalangan peneliti. Hal itu terbukti dari jumlah peneliti Raflesia yang bisa dihitung dengan jari.
"Saat ini hanya ada tiga peneliti Raflesia, selain saya, satu dosen di Universitas Riau dan satu orang lagi dosen di IPB," ujarnya.
Agus mengharapkan kepedulian pemerintah dan masyarakat terhadap keberadaan flora terbesar di dunia itu sehingga tetap lestari di Bumi Rafflesia.
(ANTARA)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011