Corzine adalah karikatur dari krisis keuangan"
New York (ANTARA News) - Kadang-kadang seperti ada dua wajah pada diri Jon Corzine.
Wajah pertama adalah negarawan mantan senator dan gubernur yang di tahun terakhirnya menjadi profesor tamu pada Woodrow Wilson School of Public and International Affairs, Universitas Princeton.
Di wajah itu, dia membela pentingnya membuat aturan yang tegas terhadap bank-bank Wall Street.
Wajah kedua adalah sebagai pialang pecinta risiko yang dahaga akan laba dan menjudikan dana sebesar 6,3 miliar dolar AS dalam surat utang Eropa yang akhirnya berpuncak pada tuntutan pailit MF Global Holdings, Senin lalu.
Ambruk tiba-tibanya MF Global, perusahaan pialang perdagangan berjangka yang dikendalikan Corzine selama kurang dari dua tahun, membuat sekitar 2.800 karyawannya mesti segera mencari pekerjaan baru sekaligus menempatkan sekitar 600 juta dolar AS uang nasabah MF Global dalam bahaya.
Setahun lalu, dalam pidato di Princeton yang direkam dan diposting di Youtube.com, mantan bos Goldman Sachs itu menawarkan beberapa alasan mengapa dia menerima pekerjaan di MF Global yang mengejutkan banyak pihak di Wall Street.
Dia menyebut dirinya "bankir residivis" dan menilai reformasi pengaturan keuangan akan memaksa bank-bank besar mengecil sehingga memberi peluang kepada perusahaan-perusahaan yang "terlalu kecil untuk dipedulikan" untuk tumbuh lebih cepat lagi.
Orang-orang kini sinis menyebut bahwa CEO MF Global itu lebih pantas mengelola perusahaan berjangka sialan yang dia tangani selagi dia sering menyandang profesor tamu, ketimbang menjadi pialang top dan CEO Goldman Sachs Group dua dekade lalu.
"Corzine telah melanggar setiap aturan mengenai apa saja yang tidak boleh," kata Janet Tavakoli, konsultan perdagangan derivatif yang berbasis di Chicago yang menulis sejumlah buku mengenai keuangan terstruktur. "Corzine adalah karikatur dari krisis keuangan."
Presiden Tavakoli Structured Finance ini menyebut Corzine telah mengulang semua kesalahan dalam krisis keuangan dengan menggunakan terlalu banyak "leverage" atau uang pinjaman untuk berinvestasi dalam aset-aset berisiko yang berpotensi memunculkan tuntutan dari mitra-mitra transaksi akibat penempatan dana kolateralnya.
Tetap saja Corzine kedengaran bagai reformis Wall Street sejati selagi menyampaikan pidatonya "After the Crash: Regulating the New American Economy" di Princeton pada September 2010.
Dalam pidato selama 90 menit termasuk sesi tanya jawab dengan mahasiswa dan para profesor itu, Corzine mengatakan dia mendukung sebagian besar regulasi keuangan yang dikenal dengan RUU Dodd-Frank itu dan yakin itu akan mengantar pada berkurangnya permainan risiko di Wall Street.
"Kita akan berakhir pada sebuah sistem yang lebih baik dan lebih stabil," kata mantan gubernur New Jersey dan senator AS yang beberapa bulan lalu kembali ke Wall Street untuk mengepalai MF Global tersebut.
Dia mengatakan akan ada banyak sekali leverage dan itu akan membuat sistem menjadi lebih konservatif.
Corzine berbicara lebih jauh, para pialang besar di Wall Street itu tidak layak memberi insentif kepada pemegang modal dengan rasio di atas 30 banding 1 ketika krisis keuangan justru tengah mengharubiru.
Ironisnya, berdasarkan aduan regulator pasar modal, hanya beberapa saat sebelum MF Global mengajukan pailit, perusahaan itu malah beroperasi seolah-olah berada di masa sebelum krisis dengan menawarkan leverage pada rasio 33 berbanding 1.
"Dia paham sekali dan ini semestinya tidak boleh dilakukan," kata William Cohan, mantan bankir investasi Lazar yang beralih menjadi pengarang yang menulis buku tentang Goldman Sachs, eks bank investasi terkemuka AS yang terpaksa berubah menjadi bank konvensional setelah sistem keuangan AS dihajar krisis keuangan yang membunuh bank investasi terkenal Lehman Brothers.
Cohan, yang mewawancarai Corzine demi bukunya itu dan berbicara kepada sejumlah mahasiswanya di Universitas Princeton, mengatakan bahwa konflik antara apa yang Corzine sebutkan di Princeton dan apa yang dilakukannya di MF Global itu sulit dihindari.
Minggu lalu, hanya beberapa hari sebelum Moody's menurunkan peringkat utang MF Global, Corzine menjamu sekelompok kecil pialang ekuitas di Hotel Helmskey Park Lane, New York, dan membincangkan bagaimana perspektifnya berubah sejak dia meninggalkan pemerintahan.
"Dia bilang Wall Street membutuhkan banyak kejelasan aturan dan insentif yang lebih baik dalam berbisnis dan pengambilan risiko," kata seseorang yang menghadiri acara off the record yang diorganisir National Organization of Investment Professionals itu. "Dia kedengaran lebih sebagai seorang republiken ketimbang seorang demokrat."
Corzine tidak menanggapi permintaan wawancara yang dimintakan melalui kaki tangannya.
Seseoang yang dekat kepada Corzine mengataan bahwa rasio leverage yang ditawarkan perusahaan Corzine sebenarnya jauh lebih besar, sekitar 45 berbanding 1, tatkala Corzine datang ke perusahaan itu, dan dia kemudian menurunkannya secara perlahan.
Orang ini juga mengatakan bahwa dalam beberapa kesempatan, Dewan Direksi MF Global telah menyetujui strategi utang Eropa yang diajukan Corzine.
Pastinya, adalah tidak lazim seorang politisi membela posisi tertentu melalui cara yang melenceng dari pendirian publiknya. Hal sama kadang terjadi pada bisnis di mana eksekutif perusahaan mengemban kewajiban fidusier (memberi jaminan) kepada pemegang sahamnya, dan itu bisa saja menguntungkan pilihan pribadinya sendiri.
Namun peneliti senior Paul Hodgson pada perusahaan ketatakelolan korporat GovernanceMetrics International mengatakan bahwa Corzine tampaknya mengambil risiko-risiko yang tak sepantasnya di kesempatan berikutnya.
"Ada sekitar 100 profesional yang memonitor risiko pada MF Global, semua itu hayalan semata," sambung Hodgson.
Salah satu dari hal pertama yang Corzine lakukan setelah bergabung dengan MF Global adalah memecat dan merekrut karyawan. Dia ingin membangun perusahaan yang sesuai citranya.
Sejumlah orang top sewaannya berasal dari UBS, termasuk Michael Stockman yang adalah kepala bidang risiko MF Global dan Jon Bass, kepala penjualan institusional global MF Global.
Corzine tidak menyembunyikan fakta bahwa dia ingin menaikkan status MF Global dan dia melakukan itu lewat perannya sebagai ahli kebijakan jebolan Princeton.
Pidato yang dia sampaikan pada September 2010 adalah yang pertama dari enam kuliahnya mengenai regulasi pasar keuangan yang dia organisasikan untuk Woodrow Wilson School.
Pada musim gugur 2010, Corzine menantang para regulator dan wartawan-wartawan ekonomi terkenal untuk berdebat dalam soal nilai-nilai di balik pengaturan derivatif, bailout bank, dan kompensasi besar-besaran Wall Street.
Daftar tamu Corzine termasuk Gary Genslet, kepala Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka, mantan Gubernur Federal Reserve Paul Volcker, mantan menteri keuangan Henry Paulson, dan kolumnis New York Times Andrew Ross Sorkin.
Gensler dan Sorkin memberi kuliah dalam judul "Banks, Shadow Banks and New Faxe of Wall Street." Pada pidato pembukaannya, Gensler membincangkan "keistimewaan bekerja dengan Jon baik di sektor swasta maupun sektor layanan publik."
Gensler dan Corzine pernah kerja bareng di Goldman Sachs.
Manakala Corzine di Senat, Gensler menjadi pembantu utama senator Demokrat daerah pemilihan Maryland, Paul Sarbanes.
CFTC adalah regulator utama MF Global dan melakukan investigasi terhadap apa yang terjadi pada sekitar 600 juta dolar AS uang nasabah yang didepostikan di perusahaan-perusahaan berjangka.
Juru bicara CFTC menolak mengomentari kehadiran Gensler pada perkuliahan di Woodrow Wilson itu. Kamis lalu, Gensler mengaku kepada sekelompok wartawan bahwa dia tidak pernah berbicara lagi dengan Corzine sejak perusahaan mereka mengajukan pailit.
Namun di musim panas lalu, Corzine dan orang-orang top MF Global menghadiri dua konferensi jarak jauh pada 20 Juli, dengan para staf CFTC. Pada salah satu konferensi itu, Gensler hadir sebagai peserta.
Konferensi itu, berdasarkan risalah yang diposting ke laman lembaga regulator, memokuskan pada proposal aturan yang akan membatasi cara para pialang transaksi berjangka dalam menginvestasikan dana kolateral nasabah yang pada industri ini disebut marjin.
Dalam konferensi yang diikuti Gensler itu, sebagian perbincangan adalah menyangkut kesepakatan pembelian kembali.
Tidak jelas benar apa maksud atau hasil dari perbincangan-perbincangan itu, namun kesepakatan pembelian kembali muncul sebagai titik kontroversi mengingat mereka menggunakannya untuk memburu eksposur surat utang Eropa.
Secara khusus, MF Global memasuki serangkaian kesepakatan "repo to maturity", sejenis pengaturan yang dapat mengalihkan aset keluar pembukuan perusahaan namun menempatkanyannya di posisi hampir default (gagal bayar).
Dalam waktu bersamaan, Otoritas Regulasi Industri Keuangan (FINRA) mulai menggelar serangkaian diskusi dengan MF Global perihal pengesampingan modal pada saat investasi surat utang Eropa-nya mengalami gagal bayar.
FINRA mulai aktif dalam diskusi itu setelah SEC (Security and Exchange Commission atau Bapepam-nya AS) melayangkan sejumlah surat ke MF Global Maret lalu.
SEC meminta perusahaan itu memberi informasi terinci mengenai alasan kesepakatan pembelian kembali yang dipakai MF Global untuk berinvestasi di surat utang negara.
Pada Oktober lalu keadaan seketika terbalik bagi MF Global dan Corzine manakaka perusahaan ini dipaksa membuka hal yang dituntut FINRA untuk menempatkan lebih banyak modal bagi perdagangan ekuitasnya di Eropa.
Pada 25 Oktober, perusahaan itu juga menderita kerugian lebih besar dibandingkan taksiran rugi kuartal kedua, dan untuk pertama kalinya dipaksa mengungkapkan pembukuan rinci mengenai berapa banyak surat utang Italia, Spanyol, Irlandia dan Portugis yang dihimpunnya.
Beberapa hari kemudian, Moody's Investors Service menurunkan peringkat utang MF Global menjadi "junk" yang adalah predikat terburuk untuk peringkat utang.
Ironisnya di tengah gonjang-ganjing ini, Corzine melanjutkan perannya sebagai negarawan. Awal Oktober lalu, dia menjadi pembicara tamu di Fakultas Kemasyarakatan dan Administrasi pada Universitas Rutgers di Newark, New Jersey.
Lantas, apa materi kuliah yang disampaikan Corzine di Universitas Rutgers itu? Pelayanan publik! Yang benar saja. (*)
sumber: Reuters
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011