Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk melindungi keluarga dari penularan COVID-19 jelang Lebaran dengan belajar dari pengalaman lonjakan kasus positif beberapa waktu lalu.
“Berkaca pada kenaikan kasus yang telah beberapa kali kita hadapi setelah periode libur panjang, saya ingin kembali mengingatkan bahwa kita masih perlu tetap waspada dengan senantiasa menegakkan disiplin protokol kesehatan dalam setiap aktivitas yang kita jalani,” kata Wiku dalam Konferensi Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Indonesia per 19 April 2022 yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Wiku menyebut Indonesia menghadapi gelombang pertama setelah periode Natal tahun 2020 dan Tahun Baru 2021, dimana kasus positif COVID-19 melonjak hingga tiga kali lipat dan mencapai puncak kasus sebanyak 14.518 kasus dengan angka kematian berkisar 500 dalam sehari.
Baca juga: Epidemiolog: Cegah gelombang lanjutan dengan vaksinasi jelang mudik
Gelombang kedua terjadi setelah periode Idul Fitri di bulan Mei 2021, tepat pada saat varian Delta hadir dan membuat kasus positif melonjak tajam hingga 15 Juli 2021 kasus harian mencapai titik puncaknya, yakni 56.757 kasus dengan angka kematian 2.000 dalam satu harinya.
Sedangkan gelombang ketiga terjadi setelah periode Natal dan Tahun Baru di tengah keberadaan varian Omicron. Dengan penambahan kasus pada 16 Februari 2022 menyentuh 64.718 kasus, yang selama empat bulan lalu secara berturut-turut kasus sudah melandai.
Oleh karena itu, setidaknya terdapat tiga hal dasar yang perlu diperhatikan oleh setiap pihak, terutama yang akan melangsungkan kegiatan mudik nanti. Pertama, Idul Fitri akan melibatkan banyak interaksi dengan kelompok rentan, seperti lansia, anak-anak dan penderita komorbid yang belum dapat divaksinasi COVID-19, sehingga diperlukan proteksi diri yang lebih untuk melindungi mereka.
Kedua, risiko terpapar oleh virus akan semakin besar bagi masyarakat yang melakukan perjalanan jarak jauh serta mengunjungi fasilitas umum dengan kepadatan tinggi. Apalagi, pemerintah telah memprediksi sekitar 85,5 juta orang akan ikut dalam kegiatan mudik tahun 2022.
Keberadaan kasus tanpa gejala di lingkungan sekitar, juga harus diwaspadai karena masih memiliki kemungkinan dapat menularkan pemudik dan menjadi sumber penularan. Ditambah dengan adanya pelonggaran kebijakan, yakni ditiadakannya pembatasan mobilitas, sehingga berpotensi meningkatkan mobilitas masyarakat dalam jumlah yang besar.
Baca juga: Penerapan prokes untuk mudik sehat 2022
Baca juga: Anak-anak dan remaja diizinkan untuk mudik tanpa tes antigen
“Fakta bahwa setelah melandai cukup lama, kasus tetap dapat melonjak serta adanya penyesuaian kebijakan yang berbeda di tahun ini dengan tahun tahun sebelumnya. Tentunya kita dapat memetik pelajaran untuk terus mengupayakan agar kasus yang saat ini sudah berhasil ditekan tidak naik kembali, bahkan hingga memicu gelombang baru,” kata dia.
Wiku meminta agar semua pihak tetap berhati-hati untuk melindungi setiap keluarga yang akan ditemui dengan tetap waspada dan bertanggung jawab untuk melindungi sesama dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Setiap pihak diharapkan segera melakukan vaksinasi penguat, tetap mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak serta menjauhi kerumunan agar terhindar dari penularan COVID-19.
“Mari kita cegah agar jangan sampai kita terpapar virus sama sekali. Dengan menerapkan disiplin protokol kesehatan, mudik aman jangan bawa virus pulang,” ucap Wiku.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022