Jakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN)  bagaikan gadis seksi bagi negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (AS), demikian disampaikan Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, Irmawan Emir Wisnandar, di Jakarta, Jumat.

"Jadi mereka (Eropa dan AS) ingin melamar karena (ASEAN) merupakan salah satu wilayah yang tidak terkena dampak krisis ekonomi yang terjadi AS dan Eropa," katanya di sela-sela peluncuran publikasi yayasan Friedrich-Ebert-Stiftung (FES) yang berjudul "Komunitas ASEAN untuk Semua: Mengeksplorasi Ruang Lingkup bagi Keterlibatan Masyarakat Sipil."

Irmawan mengatakan, Eropa dan AS berminat untuk terlibat di ASEAN berdasarkan stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan yang ada di regional itu. Keterlibatan itu menandakan bahwa ASEAN makin berarti penting bagi mereka.

"Itulah mengapa sekarang banyak publikasi yang dibuat oleh organisasi semacam FES ini yang bertujuan untuk lebih mengenal dan memetakan apa yang dapat mereka lakukan sebagai kontribusi ASEAN Community 2015," kata Irawan.

Publikasi mengenai ASEAN, menurut Irawan, akan membantu negara-negara anggota perhimpunan itu untuk meningkatkan kesadaran masyarakatnya tentang keberadaan ASEAN khususnya pilar sosial-budaya.

"Jadi, apa yang dihasilkan oleh FES ini tentu akan membantu kami mempromosikan ASEAN di masyarakat," kata Irawan.

Publikasi FES tersebut menguraikan keragaman Komunitas Sosial-Budaya ASEAN terutama hubungan masyarakat sipil dengan negara yang berdasarkan sistem politik, situasi sejarah, dan kompleksitas masyarakat dari negara-negara yang berbeda.

Direktur Kantor FES untuk Kerjasama Regional di Asia, Stefanie Elies, mengatakan bahwa satu cara yang menentukan keterlibatan lebih luas dalam pilar Komunitas Sosial-Budaya ASEAN yaitu pengembangan masyarakat sipil dan hubungannya dengan ASEAN melalui proses keterlibatan yang konstruktif.

Publikasi, yang lebih menyoroti arti penting masyarakat sipil itu, mengidentifikasi berbagai kecenderungan umum dan kejanggalan sebagai gambaran regional terhadap masyarakat sipil di Asia Tenggara.
(T.SDP-16)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011