Waktu untuk pencapaian target ini semakin dekat, sedangkan kontribusi energi baru terbarukan dalam bauran energi primer nasional pada 2021 baru mencapai 11,7 persen

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mendorong pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai strategi untuk mempercepat target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di dalam negeri sebesar 23 persen pada 2025.

"Waktu untuk pencapaian target ini semakin dekat, sedangkan kontribusi energi baru terbarukan dalam bauran energi primer nasional pada 2021 baru mencapai 11,7 persen. Oleh sebab itu diperlukan strategi untuk mempercepat capaian target energi baru terbarukan, antara lain memprioritaskan pengembangan energi surya," kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial dalam "Indonesia Solar Summit 2022" di Jakarta, Selasa.

Kementerian ESDM memproyeksikan potensi energi surya yang dimiliki Indonesia lebih dari 3.200 GigaWatt (GW)atau 89 persen dari total potensi energi baru terbarukan yang tersedia di dalam negeri.

Salah satu upaya yang telah dilaksanakan pemerintah adalah menerbitkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Rencana bisnis PT PLN (persero) itu menempatkan porsi energi baru terbarukan sebesar 20,9 GW pada 2030 dengan total penambahan kapasitas energi surya mencapai 4,68 GW.

Ego menjelaskan dalam peta jalan transisi energi Indonesia juga menempatkan target net zero emission pada 2060. Energi surya akan berperan penting dalam penyediaan energi listrik di mana dari 587 GW kapasitas pembangkit energi baru terbarukan sebesar 361 GW atau lebih dari 60 persen akan berasal dari energi surya.

Baca juga: Menteri ESDM: PLTS bakal jadi tulang punggung energi bersih Indonesia

"Saat ini pemerintah memiliki tiga program besar energi surya, yaitu PLTS atap dengan target 3,61 GW pada tahun 2026, PLTS ground mounted skala besar serta PLTS terapung di 270 lokasi dengan potensi sekitar 27 GW," jelasnya.

Di sisi lain, Indonesia juga memiliki peluang besar untuk melakukan ekspor listrik yang berasal dari energi surya ke beberapa negara anggota ASEAN, antara lain Singapura.

Untuk mengimplementasikan program-program ini membutuhkan kontribusi dari banyak pihak tidak hanya pemerintah, pemegang wilayah usaha maupun pengembangan energi baru terbarukan tetapi juga para pengguna energi, seperti sektor komersial dan industri.

PLTS atap merupakan quick wins percepatan pemanfaatan energi surya melalui kontribusi langsung dari para pengguna energi, khususnya bagi industri untuk memenuhi tuntutan pasar yang semakin kuat terhadap produk hijau.

Dukungan dari manufaktur lokal juga sangat diperlukan untuk memenuhi TKDN dan memberikan manfaat yang besar untuk dalam negeri terutama dalam hal penciptaan lapangan kerja.

"Di samping itu, aspek kemudahan akses pembiayaan murah, insentif, dan fasilitas pembiayaan lainnya sangat penting untuk memberikan kelayakan finansial dan meningkatkan investasi energi baru terbarukan, seperti PLTS," pungkas Ego Syahrial.

Baca juga: Pemerintah dorong listrik tenaga surya penuhi kebutuhan industri

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022