Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia dalam tahun ini akan mengeluarkan aturan yang membatasi penerbitan kartu kredit termasuk suku bunga yang dikenakan karena dianggap terlalu tinggi.
"Kita memang sudah lama memproses untuk memperbaiki standar penyelenggaraan kartu kredit, kita anggap itu perlu agar di satu pihak customer terlindungi lebih baik, di pihak lain penerbit atau pelaksana beroperasi dengan prudential yang lebih baik," kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution.
Di antara berbagai aturan pembatasan kartu kredit itu, menurutnya BI akan mengatur batas maksimal suku bunga yang dikenakan kepada pengguna kartu kredit.
"Kita tidak atur bunganya tetapi kita atur maksimumnya, kalau kurang boleh, tapi tidak seperti sekarang ada yang sampai 3,5-3,75 persen (per bulan), sementara customer tidak mengerti berapa bunga dan konsekuensinya," kata Darmin.
Ia juga menilai suku bunga yang dikenakan kartu kredit sekarang sudah terlalu tinggi, sehingga perlu dibatasi.
Selain itu, BI juga akan membatasi kepemilikan kartu kredit berdasarkan kemampuan keuangan pemiliknya, sehingga mengurangi risiko gagal bayar bagi para pemiliknya.
"Kita juga buat aturan tidak semua orang boleh punya kartu kredit sebanyak-banyaknya,
kita akan atur itu, nanti ada di aturan pelaksanaan, maksimum dua kartu kredit dari dua provider saja, jangan banyak-banyak," katanya.
Selain itu, BI juga akan mengatur pengenaan bunga berbunga dari tagihan kartu kredit yang selama ini berlaku. "Jangan semua bunga berbunga, sekali aja bunganya, meterai kok bunga berbunga, itukan tidak betul," katanya.
BI juga akan mengatur beberapa hal agar nasabah kartu kredit mengetahui jumlah tagihannya dengan pemberitahuan reguler ke nasabah, sehingga bisa mengikuti jumlah yang harus dibayar.
Darmin menambahkan, pihaknya meyakini kebijakan ini tidak akan menekan industri kartu kredit karena dengan aturan ini perkembangan kartu kredit menjadi lebih aman.
"Kita tidak ingin perkembangan kartu kredit meledak tapi aturan mainnya terlalu longgar, harus ada aturan main yang cukup jelas. Kita pilih perkembangan pertumbuhan yang masuk akal tetapi lebih safe daripada perkembangan yang berlebihan tapi safety kurang," katanya.
(ANT)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011