"Dana hibah itu akan digunakan untuk membiayai sejumlah kementerian dan lembaga untuk meningkatkan iklim perdagangan dan investasi di Indonesia, utamanya dalam menyusun kebijakan yang membangun," kata Rahmat Waluyanto dalam acara penandatangan perjanjian Uni Eropa - Indonesia trade Cooperation Facility (TCF), di kantor Kementerian Keuangan, Jumat (4/11).
Dan tersebut nantinya akan digunakan untuk memberikan pelatihan bagi pekerja dan karyawan kementerian dan lembaga pemerintah tersebut agar mendapat pengetahuan dalam menyusun kebijakan perdagangan yang baik.
Empat proyek yang akan dikembangkan dengan dana hibah itu antara lain perdagangan dan kebijakan investasi, fasilitasi investasi dan hak kekayaan intelektual, perencanaan energi dan efisiensi, serta inovasi teknologi, lanjut Rahmat Waluyanto, Jumat.
Sementara sejumlah kementerian dan lembaga pemerintah yang akan menerima proyek dana hibah itu adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian negara Riset dan teknologi (Kemenristek), Balai Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).
"Kalau melihat dari prioritasnya, yang paling perlu dibantu untuk saat ini adalah Bappenas," tambah Rahmat Waluyanto, Jumat.
Sementara itu Senior Officer Uni Eropa Dirk Meganck mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang tepat untuk berinvestasi.
"Indonesia adalah negara terbesar kedua dengan jumlah investor terbanyak, dengan lebih dari 700 perusahaan dan 500.000 pekerjaan,` kata Dirk Meganck, Jumat.
Program TCF itu merupakan bagian dari strategi kerjasama yang komprehensif untuk mempromosikan perdagangan yang adil antara Indonesia dan Uni Eropa, kata Dirk Merganck, Jumat.
Sejak 2001, Uni Eropa telah melakukan kerjasama bilateral dengan Indonesia melalui dana hibah sebesar 186,5 juta Euro, yang telah digunakan untuk membiayai 24 program.
(SDP05)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011