Jakarta (ANTARA News)- Pengamat pasar, Ifan Kurniawan mengatakan, batalnya referendum Yunani memberikan sentimen positif pasar sehingga bursa New York dan Eropa menguat mengimbas bursa regional dan indeks harga saham gabungan (IHSG) naik.
Rencana Yunani mengajukan referendum itu adalah menolak bantuan dana talangan Uni Eropa yang persyaratannya cukup ketat, kata Ifan yang juga analis PT First Asia Capital di Jakarta, Jumat.
Ifan mengatakan, dengan dibatalkannya referendum itu mengakibatkan sejumlah mata uang Asia menguat terhadap dolar AS.
Kondisi ini membuat rupiah mengalami kenaikan namun relatif kecil hanya delapan poin, katanya.
Ia menambahkan, naiknya indeks Dow Jones 1,7 persen dan indeks Prancis dan Jerman masing-masing 2,7 dan 2,8 persen juga memicu indeks Bursa Efek Indonesia (BEI) naik sebesar 2,18 persen.
Kenaikan indeks BEI itu didukung aksi beli saham-saham unggulan seperti perbankan dan otomotif oleh pelaku pasar, katanya.
Menurut dia, pembatalan referendum ini cukup melegakan pelaku pasar yang segera meresponnya dengan melakukan aksi beli rupiah dan saham d BEI.
Kenaikan rupiah itu juga didukung oleh membaiknya Euro terhadap dollar, ujarnya.
Rupiah, lanjut dia akan kembali menguat pada perdagangan Jumat siang, karena aksi beli terlihat makin kuat.
Apalagi kenaikan indeks itu berlanjut yang akan mendukung kenaikan rupiah sepanjang hari ini, katanya.
Ia mengatakan, kenaikan rupiah itu juga didukung oleh Bank Sentral Eropa yang telah menurunkan suku bunga utama sebesar 25 basis poin menjadi 1,25 persen.
Penurunan suku bunga itu menekan dolar AS menguat dan mendorong euro menguat, ujarnya.
Rupiah sebelumnya sempat mencapai level Rp8.425 per dolar AS, namun sejak itu terus merosot hingga mendekati level Rp9.000 per dolar.
Mata uang lokal itu kemungkinan dipatok pada kisaran antara Rp8.800 sampai Rp9.000 per dolar, meski ada ruang untuk menguat setelah Oktober 2011 deflasi 0,12 persen, katanya.(h-CS)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011