"Sebelum tahun 2008 ada 22 rumah singgah, namun saat ini tinggal lima yang masih efektif beropesasi akibat kurangnya perhatian pemerintah kabupaten dan kota," kata Kepala Seksi Perlindungan dan Pelayanan Kesehatan Sosial Anak, Remaja, dan Lansia Dinsos Sumbar Haryolelono di Padang, Kamis.
Dia menyebutkan, lima rumah singgah yang masih efektif memberikan pembinaan terhadap anak jalanan itu ada di Kota Solok, sementara di kabupaten/kota lain seperti di Kota Padang, Kota Padangpanjang, Kabupaten Padangpariaman, Kota Sawahlunto, dan Kabupaten Sijunjung terkesan mati suri.
"Rumah singgah di daerah lainya masih ada, namun operasinya antara ada dan tidak akibat kurangnya perhatian pemerintah daerah setempat untuk kelangsunggan pembinaan anak kurang mampu," ujar dia.
Dia menambahkan, rumah singgah di Kota Solok dapat tetap aktif hingga kini karena selain mendapat dukungan dari pemerintah setempat juga dibantu perusahaan atau lembaga di luar pemerintah seperti organisasi Muhammadiyah.
Ia menyebutkan, pembinaan rumah singgah merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.
"Dinsos Sumbar dalam mengantisipasi bertambahnya jumlah anak jalanan memiliki program dengan memberikan beasiswa pendidikan, subsidi beras, dan lainnya," ujar dia.
Dia berharap kabupaten dan kota di Sumbar dapat belajar dari Kota Solok dalam mengelola rumah singgah dan membina anak jalanan.
Dengan adanya pembinaan bagi anak kurang beruntung tersebut di rumah singgah, ke depannya generasi penerus bangsa itu tidak harus bergantung hidup di perempatan jalan, katanya.
"Perhatian pemerintah daerah terhadap pembinaan anak jalanan sangat dibutuhkan, demikian juga peran masyarakat dan organisasi lain," katanya. (ANT-276/R014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011