Kabul (ANTARA News) - Gerilyawan yang mencakup penyerang bom bunuh diri membunuh dua penjaga Afghanistan yang bekerja untuk pasukan pimpinan NATO dalam serangan terhadap kantor kontraktor keamanan di Afghanistan barat, Kamis, kata pihak bewenang.
Mahuddin Noori, seorang juru bicara gubernur di provinsi Herat, Afghanistan barat, mengatakan, lima penyerang bom bunuh diri menyerang bangunan kontraktor tersebut, yang terletak tidak jauh dari pangkalaan NATO dan bandara Herat, lapor Reuters.
Taliban segera mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Gerilyawan pertama-tama meledakkan sebuah bom di dekat pintu gerbang bangunan itu dan kemudian menyerbu kantor tersebut. Tembak-menembak terjadi ketika pasukan keamanan Afghanistan dan pasukan pimpinan NATO melakukan serangan balasan, kata Noori kepada wartawan.
Dua penjaga Afghanistan tewas dan satu warga sipil asing termasuk diantara lima orang yang cedera, katanya.
Para penyerang, yang semuanya tewas, diperlengkapi dengan rompi bom bunuh diri, granat roket dan peluncur serta senapan serang.
Tayangan televisi Reuters menunjukkan mayat bersimbah darah dari sedikitnya dua penyerang yang tergeletak di tanah dikelilingi sejumlah polisi dan prajurit Afghanistan.
Seorang juru bicara Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mengatakan, serangan terhadap kontraktor Esko itu berjarak sekitar satu kilometer dari pangkalan mereka di Herat.
Serangan itu merupakan yang terakhir dari gelombang serangan gerilya di Afghanistan.
Sabtu, serangan bom mobil bunuh diri menewaskan 13 prajurit ISAF dan pegawai sipi, serta empat orang Afghanistan di Kabul -- serangan darat tunggal paling mematikan terhadap pasukan koalisi sejak perang meletus 10 tahun lalu.
Pada Oktober, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.
Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.
Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.
Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011