Jakarta (ANTARA News) - Para kader Partai Demokrat mempertanyakan kualitas kenegarawanan Megawati Soekarnoputri yang dianggap gemar melontarkan kata-kata olok-olok, bukan kritik konstruktif untuk membangun bangsa lebih baik ke depan. Anggota Fraksi Partai Demokrat yang juga Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Guntur Sasono mengatakan itu kepada ANTARA, di Jakarta, Rabu malam, di sela-sela Rapat Panitia Khusus (Pansus) Rancangan Undang Undang (RUU) Rahasia Negara. Ia mengatakan itu, merespons pernyataan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, dalam pidato pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) partainya di Solo, yang antara lain menyorot kritis kebijakan Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono. Megawati ketika itu mengatakan, kebijakan Pemerintah terkesan menjadikan rakyat seperti permainan anak-anak bernama 'yoyo', digoyang naik turun entah ke mana. "Olok-olok seperti itu sesungguhnya menunjukkan siapa sebenarnya yang kanak-kanak," kata Guntur Sasono yang purnawirawan TNI Angkatan Darat ini. Jika Megawati Soekarnoputri itu sedikit saja memiliki sifat kenegarawanan, lanjutnya, tidak mungkin bisa lahir cara kritik yang tak konstruktif seperti itu.Harus dipahami, lanjut Guntur Sasono, Presiden Yudhoyono menerapkan politik bersih, cerdas dan santun dalam kiprahnya, termasuk di pemerintahan. "Itu sudah jadi 'trade merk' Presiden Yudhoyono dalam berkiprah," katanya meyakinkan, membela 'boss'-nya selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat tersebut. Ia lalu mengurai sedikit tentang 'bersih', yang berarti harus 'clean' dalam etika maupun moral. "'Cerdas' itu antara lain selalu mengutamakan kualitas, termasuk berbagai manfaat dari kebijakan yang harus secara berkualitas dinikmati rakyat banyak," ujarnya. Sedangkan 'santun', menurutnya, berarti antiolok-olok. "Kritik 'oke', tetapi yang konstruktif," tegasnya. Ia lalu menunjuk kasus lama, ketika Presiden Yudhoyono pernah menerima kritik keras juga dari Taufik Kiemas (suami Megawati Soekarnoputri). "Malah kan pak Susilo Bambang Yudhoyono berterima kasih dengan kritik keras itu. Karena dengan disebut 'jenderal tetapi kok kekanak-kanakan', justru menjadi cambuk bagi beliau untuk membuktikan bahwa dia yang terbaik di bangsa ini dan terpilih sebagai Presiden RI. Jadi, beliau berterima kasih jika ada kritik sekeras apa pun," tandas Guntur Sasono lagi.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009