“Perkembangan teknologi telah membuat perubahan karakter pada generasi muda. Mereka memiliki karakter multitasking, membaca dari layar, melakukan jejaring digital melalui sosial media, gaming, dan selalu online serta bergantung pada perangkat seluler,” ujar Gunawan di Jakarta, Senin.
Generasi yang disebut digital native tersebut juga lebih cepat belajar hal baru dibandingkan generasi sebelumnya. Hal itu memiliki dampak pada peran perguruan tinggi, yang mana perguruan tinggi harus dapat membekali mahasiswa untuk menjadi terampil dan juga kompeten dalam teknologi digital, serta lebih bertanggung jawab.
Kemudian, perguruan tinggi juga juga perlu melakukan inovasi yang bertujuan meningkatkan kapabilitas digital, katanya dalam The International Virtual Short Course on New Media and Digital Culture in Southeast Asia, yang dipantau di Jakarta.
Baca juga: Uhamka tempati peringkat 66 kampus terbaik versi Webometrics 2022
Baca juga: Uhamka raih penghargaan lembaga pendidikan pendukung literasi zakat
Selanjutnya, perguruan tinggi perlu meningkatkan keahlian dosen dan tenaga kependidikan. Perguruan tinggi juga perlu menyelenggarakan program untuk meningkatkan model pembelajaran.
“Program kursus singkat virtual ini sangat penting bagi kami, sebagai bagian dari kurikulum kami,” ujar dia.
Acara kursus singkat tersebut merupakan kerja sama Uhamka dengan sejumlah universitas di dalam dan luar negeri, diantaranya Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Mariano Marcos States University Filipina, Kon Khaen University Thailand, dan lainnya.
Rektor Umsida, Dr Hidayatullah, mengatakan peradaban manusia telah melewati sejumlah revolusi. Mulai dari ditemukannya mesin uap, listrik, komputer, hingga revolusi industri 4.0.
Penemuan teknologi yang demikian pesat, kata Hidayatullah, membawa peluang dan tantangan di seluruh lini kehidupan termasuk di perguruan tinggi.
“Ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi kita untuk bisa merespon dan memanfaatkan adanya perubahan-perubahan yang sangat cepat tersebut,” kata Hidayatullah.
Sejumlah pekerjaan lama telah hilang dan melahirkan pekerjaan-pekerjaan baru yang lebih banyak dikendalikan teknologi digital dengan menggunakan robot dan kecerdasan buatan. Hal itu menuntut perguruan tinggi untuk berubah dan perlu melakukan penyesuaian dalam pembelajaran.
“Program studi yang dihadirkan harus dapat memberikan inspirasi bagi mahasiswa dan kemudian mereka dapat mengembangkan dengan sendirinya,” ucap Hidayatullah lagi.
Dengan adanya pengalaman sekaligus inspirasi itu, diharapkan mahasiswa ketika lulus siap memasuki dunia kerja yang baru. Meski demikian, ia mengingatkan untuk menyiapkan lulusan yang bisa beradaptasi dengan dunia kerja baru tidak harus dengan membuka prodi-prodi baru.*
Baca juga: Uhamka kantongi izin pembukaan prodi doktor Bahasa Indonesia
Baca juga: 3.779 mahasiswa baru ikuti kuliah perdana Uhamka Jakarta
Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022