...dan Singapura yang senang"
Mataram (ANTARA News) - Manajemen PT Pertamina (Persero) mengklaim Indonesia dapat menghentikan impor bahan bakar minyak paling cepat pada 2017.

"Itu pun kalau kita berhasil mengoptimalkan potensi kilang minyak di Cilacap, Jawa Barat, dan kilang yang ada di Jawa Timur," kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina Mochammad Harun dalam orientasi wartawan bidang Pertamina di Mataram, Kamis.

Ia mengatakan, saat ini produksi minyak mentah Indonesia baru 920 ribu barel per hari, namun hanya 600 ribu barel lebih yang menjadi milik pemerintah, sedangkan 300 ribu lebih barel lainnya hak investor mitra.

Sementara kemampuan produksi kilang minyak Indonesia mencapai 1,1 - 1,2 juta barel per hari sehingga harus mengimpor sekitar 400 ribu hingga 500 ribu barel minyak mentah untuk diolah di kilang Indonesia guna memenuhi kebutuhan.

Sejauh ini Indonesia baru memiliki enam unit kilang minyak yang menyebar di sejumlah provinsi. Kilang minyak itu merupakan tempat pengolahan minyak mentah menjadi produk bahan bakar minyak.

Namun, pengelolaan kilang harus diikuti jaminan bahan baku dan cadangan di ladang minyak sehingga Pertamina terus menjalin kerjasama dengan Kuwait.

Dari kapasitas produksi minyak mentah yang diolah di kilang tersebut, belum mencukupi kebutuhan bahan bakar minyak, sehingga impor minyak dalam bentuk produk jadi masih terus dilakukan.

"Karena itu impor minyak mentah dan produk jadi masih diperlukan, dan Singapura yang senang. Kalau impor minyak mentah masih lama, kalau produk jadi bisa stop di 2017," ujarnya.

Singapura memiliki keterkaitan dengan impor minyak, terutama di kawasan Asia sebagai pasar negosiasi sehingga terbentuk Mid Oil Platt`s Singapore (MPOS).

Menurut Harun, untuk menghentikan ketergantungan impor bahan bakar minyak, selain mengoptimalkan potensi produksi ladang minyak dalam negeri, juga perlu pengalihan ke energi baru dan terbarukan.(*)


A058/B008

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011