“Pandemi memberikan banyak pembelajaran, termasuk cara siswa belajar. Pembelajaran tidak selalu harus dilakukan tatap muka, tetapi ada alternatif pembelajaran lain yang bisa memperkaya cara pembelajaran yang sudah ada selama ini,” kata Samto di sela kunjungan ke SMP Negeri 8 Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, meskipun sistem pembelajaran jarak jauh yang diterapkan saat pandemi COVID-19 memiliki kelemahan, tetapi sistem tersebut juga memiliki dampak positif, yaitu menjadikan siswa menjadi lebih mandiri dalam penguasaan dan pemahaman materi pembelajaran.
Selain itu, lanjut dia, penguasaan teknologi informasi siswa pun meningkat karena pembelajaran lebih banyak dilakukan secara daring.
“Saat ini, di Kota Yogyakarta sudah menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen, tetapi jika diperkaya dengan cara pembelajaran daring tentu akan memberikan hasil lebih optimal,” katanya.
Dengan demikian, lanjut Samto, penurunan kualitas pendidikan yang terjadi selama pandemi bisa diperbaiki dalam waktu cepat. “Saat pandemi memang ada penurunan kualitas pendidikan. Ada yang 20 persen, bahkan ada yang lebih banyak,” katanya.
Ia pun mengapresiasi cara Kota Yogyakarta dalam menerapkan program pembelajaran selama pandemi dan tetap bisa bertahan menjadi barometer pendidikan di Indonesia.
“Pembelajaran dilakukan secara ketat, termasuk saat ada pembatasan pembelajaran tatap muka. Prestasi siswa pun tetap bisa dipertahankan. Tentunya Yogyakarta adalah contoh baik dalam pendidikan,” katanya.
Sementara itu Kepala SMP Negeri 8 Yogyakarta Retna Wuryaningsih bersyukur karena pembelajaran sudah bisa dilakukan secara tatap muka dengan kapasitas penuh.
“Memang ada penurunan kualitas pendidikan, nilai akademik turun. Tetapi, kondisi ini tidak hanya terjadi di SMP Negeri 8 saja tetapi di SMP lain di Yogyakarta,” katanya yang menyebut tidak ada penurunan untuk peringkat SMP 8 Kota Yogyakarta.
Menurut dia, ada beberapa kendala dalam pembelajaran daring, seperti orang tua yang tidak bisa memberikan fasilitas secara penuh dan ada beberapa materi pelajaran yang sulit jika hanya dijelaskan secara daring.
“Selama PTM dilakukan, kami tetap mengikuti aturan. Jika diizinkan 100 persen, maka dilakukan 100 persen. Atau jika hanya dibatasi 50 persen, ya, kami ikuti. Yang penting taat aturan,” katanya.
Saat pembelajaran dilakukan secara tatap muka, Retna mengatakan perlu terus memberikan dorongan, semangat dan motivasi kepada siswa untuk bisa mengejar ketertinggalan pembelajaran.
“Sebentar lagi akan ada asesmen daerah. Mudah-mudahan hasil yang diperoleh tetap bagus,” katanya.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022